Nagekeo – Berawal dari penasaran, Agus Pancawaty (51 tahun) perempuan asal Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memutuskan untuk menjadi AgenBRILink.
Perempuan yang akrab disapa Bu Agus ini sudah menjadi AgenBRILink sejak 2017. Mulanya dari rasa penasaran dengan iklan BRI terkait BRILink di televisi. Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, dia mencari tahu dengan bertanya kepada saudaranya yang kebetulan merupakan pegawai di BRI.
“Ada iklan AgenBRILink di televisi, kebetulan saya punya saudara di BRI, dan ketika kumpul keluarga terus saya tanya ‘apa AgenBRILink itu?’ kata dia, AgenBRILink itu bisa melakukan transaksi dan penarikan, bayar listrik, beli pulsa, dsb,” jelasnya.
Baca Juga:Penertiban PKL di Al-Jabbar, Pedagang Bingung!BRI Kolaborasi dengan SRC Dukung Pengembangan UMKM Toko Kelontong melalui Layanan Digital Payment
Mendengar penjelasan itu, dia pun tertarik menjadi AgenBRILink. Apalagi, dirinya sudah memiliki usaha jualan pulsa listrik dan pulsa handphone, serta usaha warung sembako kecil-kecilan. Menurutnya, itu adalah peluang untuk mengembangkan usaha.
“Kan pulsa ini setiap orang banyak cari, mau saya. Habis acara pertemuan dengan keluarga itu saya langsung ke Mantri BRI terdekat. Pak, saya bilang mau jadi AgenBRILink. Saya disuruh siapkan dokumen-dokumen, dan mengajukan diri,” ucapnya.
Dalam prosesnya, karena modal atau saldo agen masih kecil, Bu Agus sempat mengalami kesulitan, sehingga ia sering menolak nasabah yang akan melakukan transaksi dengan nominal yang besar. Namun, setelah berjalan 6 tahun, akhirnya dia mampu melayani transaksi tersebut.
Selain itu, kesulitan yang dihadapi biasanya mengenai jaringan internet di daerahnya yang kurang mendukung. Di luar itu tidak ada kesulitan yang berarti.
Dalam sebulan Bu Agus mampu melayani hingga 6.800 transaksi. Rata-rata nasabah yang dilayani berasal dari kalangan pedagang pasar. Karena lokasi AgenBRILink miliknya terletak di dekat pasar. Tak hanya pedagang, masyarakat umum juga sering menggunakan jasa AgenBRILink milik nya.
“Biasanya pedagang, karena saya dekat dengan pasar, ada juga masyarakat umum yang kirim uang untuk anaknya sekolah di luar daerah. Ada juga pedagang hewan, tapi mereka biasanya musiman menjelang Qurban. Kan pedagang hewan itu penarikannya besar-besar untuk transaksi beli sapi, kerbau,” ujarnya.