Tidak gentar dilaporkan, Gubernur Jawa Barat siap hadapi gugatan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang.
Ridwan Kamil yang juga merupakan cucu ulama pendiri delapan pesantren di Jawa Barat, KH Muhyiddin itu mempersilakan Panji Gumilang menempuh jalur hukum.
Kang Emil megungkapkan, Indonesia merupakan negeri hukum sehingga justru lebih baik agar permasalahan diselesaikan dengan langkah hukum agar bisa terang benderang.
Baca Juga:Representasikan Sosok Religius, Gus Imin Didukung Para Guru RA di GarutPerhimpunan Guru RA Se-Garut Dukung Gus Imin di Pilpres 2024
“Sebagai pemimpin Jawa Barat, saya sudah bersumpah untuk menjaga Jawa Barat dan NKRI serta berkewajiban membela umat dan syariat dari hal-hal yang membahayakan dan meresahkan,” ucapnya.
Keberanian dan kesungguhan KH Muhyiddin dalam memimpin santri dan masyarakat, menular pada cucunya: Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Sehingga saat dipercaya menjadi orang nomor satu di Jawa Barat, Kang Emil bertekad menjalankan amanah kepemimpinan sebagaimana nilai-nilai luhur yang dipesankan KH Muhyiddin.
“Terutama soal mengabdi kepada negara dilandasi semangat keikhlasan,” katanya.
Sekilas profil Kakek Ridwan Kamil, ialah KH Muhyiddin, lahir di Kabupaten Garut pada tahun 1878.
Beliau akrab disapa dengan panggilan kehormatan: Mama Pagelaran. Selain mendakwahkan Islam, beliau juga dikenal sebagai pejuang. Selalu mengajak rakyat menentang penjajahan pemerintah kolonial Belanda. Hingga sesepuh masyarakat Subang yang dijuluki Mama Pagelaran ini, sempat menjadi tawanan kompeni pada 1939.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang, KH Muhyiddin tak henti bergerilya. Bahkan semangatnya kian berkobar. Membentuk pasukan Hizbullah Pagelaran. Terdiri dari santri, alumni santri, jamaah pengajian, dan masyarakat Subang. Pasukan ini ikut terlibat dalam penyergapan konvoi tentara NICA di Ciater bersama Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang merupakan cikal bakal TNI kala itu.
Sementara itu, beberapa program unggulan Pemprov Jabar di bawah kepemimpinan Gubernur Ridwan Kamil, yang sudah berjalan baik di antaranya program Sadesa: satu desa satu penghafal Alqur’an.
“Di Jabar ada 5.300 desa, cita-cita saya selama lima tahun memimpin Jabar, Insyaallah target tiap desa punya satu penghafal Qur’an,” ujar suami Atalia Praratya itu, optimis.