RADARGARUT – Salah satu pembeda manusia dengan makhluk lainnya adalah memakai pakaian. Dalam al-Quran surat Al-Araf ayat 26 disebutkan, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”.
Terdapat dua istilah terkait ini dalam bahasa Arab. Ada tsaubun artinya baju, sebagaimana dalam doa sholat mayit, ‘Kamaa Yunaqqa ats-Tsaub al-Abyadh Minad Danas’, artinya bersihkanlah mayit dari segala kesalahan seperti baju putih yang bersih dari kotoran. Istilah tsaubun, lazimnya dipergunakan untuk setiap atau segala sesuatu yang dipakai oleh manusia dengan segala ragam dan nama yang berbeda-beda.
Ada juga Libasun artinya lebih kepada fungsi berpakaian. Dalam al-Quran disebutkan, bahwa fungsi pakaian itu ada dua. Fungsi primer sebagai penutup aurat. Yang termasuk aurat yaitu anggota badan manusia yang wajib ditutupi dan haram dilihat oleh orang lain, kecuali orang-orang yang disebutkan pada surat an-Nur ayat 31. Termasuk dalam kategori aurat adalah aib dan kekurangan yang ada pada seseorang.
Baca Juga:Refleksi Beragama 08, Bekal TaqwaKapolsek Cikelet dan Jajaran Dengarkan Curhat Warga di Masjid Darut Takwa Cijambe
Seseorang akan kelihatan tampan dan cantik ketika aurat seseorang itu tertutupi dengan pakaiannya. Ketika manusia tidak berpakaian, seketika itu manusia akan merasa malu dan hilang harga diri serta kehormatannya. Seekor kucing sekalipun, ketika didandani dengan pakaian yang mahal, tetap saja tidak akan merubah statusnya sebagai binatang. Kucing tidak akan merasa bangga karena dirinya berpakaian layaknya manusia dan tidak akan merasa malu ketika tidak berpakaian.
Dengan adanya libas, hakikatnya Allah sedang menjaga kehormatan, harga diri dan wibawa manusia sebagai makhluk mulia. Makanya secara khusus, Allah menurunkan penutup aurat manusia dalam kehidupan di dunia yang disebut dengan pakaian.
Agama pun tidak menutupi kecenderungan manusia dalam berpakaian yang dijadikan sebagai gaya busana (berhias). Walaupun manusia lebih condong mendahulukan gaya busana dan bahkan dijadikan patokan utama dalam menghormati manusia. Padahal gaya busana merupakan fungsi sekunder dari pakaian.