Pesan taqwa kepada umat Nabi Muhammad dan berlaku sampai akhir jaman, disampaikan dengan bahasa yang berbeda dengan pesan taqwa untuk umat terdahulu. Pesan taqwa disampaikan menggunakan bahasa pengantar khusus orang-orang yang beriman.
Dalam QS. Ali-Imran, 102, dinyatakan “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim”.
Penyebutan taqwa dengan sebenar-benar takwa pada ayat di atas, disimpulkan oleh para ulama bahwa taqwa itu harus dilaksanakan secara penuh dan total, kalau dipresentasikan sama dengan seratus persen taqwa.
Baca Juga:SGM Eksplor dan Alfamart Bantu Ribuan Anak PAUD dari Sabang sampai MeraukeWapres Sebut Biaya Haji 2023 Perlu Penyesuaian karena Subsidi Tahun 2022 Terlalu Besar
Secara teori, pesan taqwa harus seratus persen. Namun dalam prakteknya, pesan taqwa dirasakan sangat berat -untuk tidak disebut mustahil- ketika dilaksanakan dalam kehidupan keseharian.
Para sahabat yang hidup di zaman Nabi Muhammad pun merasakan betapa beratnya ketika harus mengamalkan pesan taqwa dalam keseharian. Kemudian turun ayat sebagai kompensasi dari pesan taqwa yang pertama. Yaitu QS. al-Taghabun, 64: 16, “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Pesan taqwa itu wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Dan agama dengan sangat bijaksana memberikan keleluasaan kepada umatnya untuk melaksanakan taqwa sesuai dengan kemampuan manusia. (*)