RADAR GARUT – Sunan Cipancar yang juga dikenal sebagai Liman Sanjaya alias Prabu Wijaya Kusumah, merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam, di Kabupaten Garut.
Sunan Cipancar dimakamkan di Cipancar, Desa Pasirwaru, Kecamatan Blubur Limbangan, Kabupaten Garut.
Sunan Cipancar yang disebut sebagai keturunan Prabu Siliwangi itu juga disebut Sunan Pancer.
Sampai sekarang, makamnya banyak diziarahi dari berbagai daerah.
Baca Juga:Disebut Menyelewengkan Dana, Kades Banjarsari Bilang BeginiPeringati Hari Ibu, Pegadaian Syariah Guntur Bekerjasama dengan Pendamping PKH, Bagikan Sembako untuk Warga Kelurahan Pakuwon
Sekarang, lokasi makamnya juga sudah ditata. Diantaranya dikelilingi dengan pagar tembok.
Pintu gerbang masuk ke makam juga tampak permanen. Penataan itu dilakukan secara gotong royong ketika Aji Syukur, warga pendatang peduli terhadap pelestarian makam tersebut.
Namun di masa awal penataan lingkungan makam, sempat mendapatkan protes. Hal itu karena ada yang menilai bahwa makam ini masuk ke dalam situs kepurbakalaan yang dilingungi undang-undang. Oleh karena itu tidak boleh diubah bentuknya.
Namun demikian, setelah ditata, lokasi makam Sunan Cipancar menjadi nyaman bagi peziarah.
Di luar makam juga tampak berdiri sekretariat kelompok penggerak pariwisata (kompepar) religi makam Sunan Cipancar.
Di atas sekretariat juga berdiri mushola untuk tempat ibadah bagi para peziarah.
Igud Anggota LPM Dunguswiru yang menjadi salah satu pengurus Kompepar religi, berupaya melestarikan lingkungan makam bersama juru kunci dan kompepar.
Baca Juga:Sarang Tawon Raksasa Dievakuasi Petugas Damkar di KeresekAceh juga Diklaim Sebagai Tempat Pertama Masuknya Islam
Makam Sunan Cipancar Dipindahkan
Dikabarkan bahwa Sunan Gunung Jati Cirebon pernah menggelar pertemuan dengan tokoh menyebar Islam. Waktu itu Sunan Cipancar datang terlambat. Namun Sunan Cipancar memperlihatkan keris bertuliskan khulafaur rasyidin. Artinya beliau lebih dulu menyebarkan agama Islam. Dan oleh karena itu Beliau pun mendapat penghormatan dari para sunan lainnya.
Selain itu Sunan Cipancar pada zaman kolonial Belanda juga disebut sebagai Raja Galihpakuwon. Keratonnya di Pasirhuut Galihpakuwon.
Dan ketika wafatnya, Sunan Cipancar dimakamkan di Pasirhuut, Desa Galihpakuwon, Kecamatan Limbangan.
Namun berdasarkan wangsit yang diterima tokoh masyarakat Galihpakuwon, jenazah Prabu Wijaya atau Sunan Cipancar harus dipindahkan secara estafet dari makam Pasirhuut ke Cipancar, Desa Pasirwaru.