Rujukan dan Layanan Rumah Sakit Harus Diperkuat

RADAR GARUT
Rujukan dan Layanan Rumah Sakit Harus Diperkuat
0 Komentar

GARUT — Kementerian Kesehatan RI menyoroti masih tingginya kasus Tuberkulosis (TB), Angka Kematian Anak (AKA), serta Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Garut. Pemerintah daerah diminta memperkuat sistem layanan kesehatan, terutama dalam mekanisme rujukan dan peningkatan kualitas rumah sakit.

Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kemenkes RI, Azhar Jaya mengatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto menargetkan Indonesia dapat keluar dari posisi tiga besar negara dengan angka kasus TB tertinggi di dunia.

“Dari dulu kita masuk tiga besar terus, sementara negara lain menunjukkan tren penurunan. Ini jadi perhatian khusus Pak Presiden,” ujarnya saat diwawancarai media, Kamis (4/12).

Baca Juga:3 Warga Garut Minta Dipulangkan dari Aceh, Setelah Sempat Terjebak Banjir BandangPelajar SMA di Garut Luka Parah Dianiaya Anak SMK, Satu Jari Tangannya Putus

Menurut Azhar kunci penanganan TB terletak pada penemuan kasus, kedisiplinan menjalani pengobatan, serta pendampingan pasien agar tidak putus obat.

“Kalau pasien tidak menyelesaikan pengobatan, obat bisa menjadi resisten dan durasi terapi makin panjang. Yang harusnya enam bulan bisa jadi sembilan bulan bahkan satu tahun,” terangnya.

Ia menegaskan pentingnya Pengawasan Minum Obat (PMO), yaitu pendamping yang memastikan pasien TB rutin mengonsumsi obat hingga tuntas.

“Kalau satu keluarga sama-sama kena, maka harus ada orang lain yang menjadi pengawas agar pasien patuh minum obat,” jelasnya.

Azhar juga menuturkan bahwa pasien TB yang menjalani pengobatan rutin selama dua pekan umumnya sudah tidak lagi menularkan penyakit meskipun kondisi tubuh masih belum pulih.

“Kalau pengobatannya aktif dan patuh, kurang lebih dua minggu itu sebenarnya pasien sudah tidak menularkan lagi,” tambahnya.

Selain TB, Azhar menilai AKA dan AKI di Garut perlu mendapat perhatian khusus. Ia mendorong evaluasi menyeluruh pada setiap kasus kematian, mulai dari kecepatan rujukan, kelengkapan dokumen rujukan, kesiapan fasilitas, hingga kompetensi tenaga medis.

Baca Juga:Umuh Muchtar Isyaratkan Pengganti Wiliam Marcilio, Janjikan Pemain Berkualitas untuk PersibAksi Curanmor Digagalkan Warga, Pelaku Ditangkap dan Diamankan di Polsek

Menurutnya, indikator waktu kematian dapat menjadi petunjuk utama penyebab persoalan di lapangan.

“Kalau seorang ibu meninggal kurang dari 24 jam setelah berada di rumah sakit, kemungkinan besar rujukannya terlambat. Tapi jika meninggal di atas 2 x 24 jam, itu menunjukkan mutu pelayanan rumah sakit harus diperbaiki,” jelasnya.

0 Komentar