Harga komoditas sembako di pasar tradisional seluruh Jabar relatif stabil. Kalaupun ada kenaikan dianggap wajar karena menjelang idul fitri biasanya sembako selalu melonjak.
Akan tetapi, komoditi sembako yang naik itu tidak sampai menimbulkan kepanikan dan stok pun masih bisa terjaga.
Seperti itulah yang disampaikan Ridwan Kamil Gubernur Jabar di sela kunjungan ke beberapa pasar di Kota Bandung dalam upaya pengawasan dan pengendalian harga.
Baca Juga:Pemprov Jabar Perkuat Sistem Digitalisasi dalam PajakElan Raih Nilai Tertinggi Seleksi Balon Kades Cipareuan Cibiuk
“Kita lakukan beberapa strategi dalam upaya pengendalian jelang lebaran ini, diantaranya Operasi Pasar di sejumlah pasar di Jawa Barat, Paket sembako bersubsidi untuk keluarga tak mampu, juga subsidi transportasi, karena biasanya harga komoditas mahalnya di logistrik.” ujar Gubernur Ridwan Kamil disela operasi pasar beberapa waktu lalu.
Ridwan Kamil mengatakan, untuk tahun ini pihaknya optimis sampai lebaran nanti masyarakat bisa menikmati harga-harga kebutuhan bahan pokok yang terjangkau.
“Sambil kita akan terus pantau, jika ada bahan pokok yang mengalami lonjakan harga juga ketersediaan sampai langka maka melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan lakukan antisipasi penetrasi yang sekiranya diperlukan,” ujarnya.
Sementara itu, dari Operasi Pasar Murah Bersubsidi yang terakhir pelaksanaannya digelar di Kantor Kecamatan Sumur Bandung Kota Bandung, Senin (17/4), secara keseluruhan pelaksanaannya sudah merata hingga 27 kota/kabupaten se-Jawa Barat. Sebanyak 125.549 keluarga kurang mampu disubsidi Pemprov Jabar dengan total subsidi mencapai Rp 10 miliar
Kepala Disperindag Provinsi Jawa Barat Hj. Noneng Komara Nengsih mengatakan, dari total harga paket sembako Rp 160 ribu, warga cukup membayar paket sembako Rp 85 ribu per paket.
“Kita jual dengan harga setengah dari harga umum di pasaran dan alhamdulillah di lapangan biasanya menjelang Idul Fitri itu agak naik, sekarang ini ada penurunan. Walaupun ada beberapa juga yang naik tapi tidak sampai menimbulkan kepanikan dan masih terjangkau,” ujar Noneng.
Lebih lanjut, ia mengatakan, yang terpenting di tingkat masyarakat tidak terjadi panic buying, yang bisa menimbulkan stok lengka bahkan menghilang karena jika terjadi maka harga-harga menjadi naik dan pastinya inflasi tak terkendali. (*)