Refleksi Beragama 08, Bekal Taqwa

Refleksi Beragama 08, Bekal Taqwa
Dr. H. Lutfi Lukman Hakim, Lc, M.H.I
2 Komentar

RADARGARUT – Suatu ketika, Nabi pernah dimintakan bekal oleh para sahabat yang hendak pergi safar. Bekalilah saya wahai Rasulullah saw? Nabi menjawab, ‘Semoga Allah membekali kamu dengan taqwa? Sahabat tersebut meminta tambahan bekal lagi.

Nabi menambahkan, ‘semoga Allah mengampuni dosa-dosa kamu’. Sang sahabat penasaran minta tambahan bekalnya sampai bersumpah dengan kedua orangtuanya. Nabi menjawab, ‘semoga Allah memudahkan segala urusan kamu dengan kebaikan’.

Yang diucapkan oleh Nabi kemudian menjadi sebuah syariat dalam bentuk doa yang diucapkan seseorang kepada saudaranya yang akan berangkat safar. Yaitu sebagaimana hadits riwayat imam at-Tirmidzi, Zawwadakallaahu at-taqwaa, wa ghofara dzanbaka, wa yassaro lakal khoiro haitsu maa kunta.”

Baca Juga:Kapolsek Cikelet dan Jajaran Dengarkan Curhat Warga di Masjid Darut Takwa CijambeRutan Garut Gelar Donor Darah, Puluhan Labu Berhasil Dikumpulkan

Yang artinya, ‘Semoga Allah memberi bekal taqwa kepadamu, mengampuni dosamu dan memudahkan kebaikan kepadamu di mana saja kamu berada’.

Demikian halnya al-Quran menganjurkan kepada siapapun yang hendak berangkat haji untuk memiliki bekal taqwa. Dalam QS. Al-Baqarah, 2: 197. “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”.

Dalam kamus KBBI, kata bekal mengandung arti sesuatu yang disediakan (seperti makanan dan uang) untuk digunakan dalam perjalanan dan sesuatu yang dapat digunakan kelak apabila perlu serta berarti modal. Dengan kata lain bekal yang dimaksud berupa bahan bersifat materil dan berbentuk fisik, sehingga seseorang dapat bertahan hidup dengan bekal yang ada.

Bekal yang dimaksud oleh seorang sahabat ketika meminta bekal kepada Nabi, bukanlah bekal berupa materil dan fisik, tetapi bekal berbentuk doa. Bekal materiil dan fisik, seiring waktu pasti akan habis dan hangus. Sementara bekal yang bersifat moril dalam bentuk doa khususnya, bersifat harapan kepada Allah. Dengan kata lain, orang yang mendoakan saudaranya dengan doa safar hakikatnya orang tersebut hendak menitipkan saudaranya kepada Allah selama safar.

2 Komentar