Mereka malah memberikan banyak keterangan yang memberatkan AKPB Pintor. Misalnya, mereka diberi uang ”buat beli pulsa” yang cukup besar setelah penangkapan dan pemeriksaan. Beberapa mengaku disiksa agar mengaku. Mereka juga memberi kesaksian penting soal mobil yang keluar masuk kompleks, yang dipakai untuk membuang mayat Putri.
”Ini sumbernya siapa, Bang?” tanya Ferdy.
”Semua itu keterangan dari Brigadir Hilmi. Tapi kita tak boleh menyebut namanya. Coba tanya dan minta pendapat ke pengacara Awang dan Runi,” kataku. Ferdy menelepon Restu Suryono. Komentarnya menguatkan keterangan dan data yang kami peroleh. ”Ya, kami sudah mendapatkan informasi juga tentang hasil otopsi itu,” katanya, ”ini menguatkan pembelaan kami di sidang-sidang sebelumnya.”
Rapat redaksi memutuskan headline untuk edisi Dinamika Kota edisi esok: Hasil Otopsi: Awang Bukan Pembunuh Putri. Dengan subjudul: Leher Putri Digorok dari Belakang. Subjudul itu diusulkan Ferdy. Kami berdiskusi panjang soal subjudul itu. Ferdy bahkan mengusulkannya untuk dijadikan sebagai judul utama bukan subjudul. Keduanya adalah fakta baru.
Baca Juga:Jebolan Deportivo Ungkap Target Jelang Curacao vs Timnas Indonesia di FIFA MatchdayHindari Minum Teh Saat Haid, Bisa Bikin Suasana Hati Memburuk
Kami sepakat tetap dengan pilihan headline soal Awang, karena mengarahkan ke tersangka lain. Itu terasa lebih kuat dan membuka ke rangkaian running news berikutnya.
Saya menikmati suara derak-derak mesin cetak, di antara aroma bahan kimia dan bau tinta. Lintasan berlapis-lapis kertas koran yang melaju cepat dari melewati tower-tower pelat itu, sebelum sampai di pisau potong di akhir rangkaian dan kemudian melewati alat pelipat koran di titik paling ujung. Operator percetakan sesekali mengambil contoh hasil cetak, mengecek warna-warna hasil cetak per warna dasar, cyan, magenta, yellow, dan hitam, memastikan apakah pelat sudah terpasang dengan tepat.
Sesi akhir sudah tercetak lima ribu eksemplar ketika Bang Eel datang ke percetakan dengan sekantong besar nasi dan mie goreng bungkus untuk anak-anak percetakan. Ia meminta proses cetak di-stop. Ia minta waktu sepuluh menit kepada awak percetakan. Lalu mengajak saya bicara.
”Angkanya seratus juta!” katanya.
Itu jumlah yang ditawarkan agar kami mengganti headline. Saya pertama-tama heran bagaimana pengacara AKBP Pintor tahu soal headline itu.