Ganjil, tapi masuk akal.
Para pengusaha sawit tentu bertanya: kalau kami membangun pabrik IVO, siapa yang membeli? Dengan harga berapa?
Tidak akan ada yang bisa menjawab.
Karena itu, para pengusaha sawit akan tetap pilih masuk ke PKS.
Itulah sebabnya, ITB akan membangun sendiri pabrik IVO. Dari IVO diolah lagi menjadi bensa.Kelebihan bensa dari bensin adalah RON-nya. RON bensin yang kita kenal adalah 93 –atau di bawah itu. Sedangkan RON bensa dari IVO bisa sampai 112.
Baca Juga:Ditahan Imbang 2 – 2 Lawan Elche, Real Madrid Masih Kokoh di Puncak KlasemenPecundangi Crystal Palace 3 – 1, Liverpool Tempel Manchester City di Puncak Klasemen
Maka, saya kira, bensa itu, kelak, akan dicampur dengan bensin RON 83. Untuk menjadi bensin RON 93. Atau variasi sejenis.
Pemerintah mendukung penuh langkah ITB tersebut. Toh, ada dana besar yang bisa dipakai untuk melanjutkan penelitian itu: dana khusus sawit. Yang dikumpulkan pemerintah dari para pengusaha sawit –di luar APBN.
Dana tersebut sekarang terkumpul di BLU (Badan Layanan Umum) Sawit di bawah Kementerian Keuangan. Tujuannya, membantu pengembangan green energy dari sawit.
Tahap pertama akan dibangun pabrik IVO berkapasitas 50.000 ton di Sumsel. Saya perkirakan perlu biaya sekitar Rp 120 miliar –saya samakan dengan pabrik CPO/PKS.
Setelah bensa dibuat dari IVO –bukan lagi dari CPO– tentu harga bensa bisa lebih rendah. Tapi, serendah-rendahnya harga bensa –perkiraan saya– masih akan di sekitar Rp 20.000/liter.
Memang harga sawit luar biasa mahal. Pesaing bensa adalah mulut manusia. Kian banyak mulut di muka bumi, kian mahal minyak goreng.
Itu mirip dengan proyek etanol dari jagung: harus bersaing dengan mulut ternak. Jumlah ternak terus dikembangkan: lebih baik jagung untuk makanan ternak.
Baca Juga:Berikan Penyuluhan Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum dan Kesehatan Pernikahan DiniTol Cisumdawu Ditargetkan Beroperasi pada Akhir Januari 2022
Tapi, dengan ditemukannya bensa, kita sudah lebih punya banyak pilihan untuk green energy. Bahkan, kalaupun kelak harga sawit jatuh, masih bisa untuk bensa.
Sawit untuk mulut manusia.
Jagung untuk mulut ternak.
Mulut menjadi pesaing abadi untuk green energy. (*)