GARUT – Kendati belajar secara tatap muka di sekolah mulai dilaksanakan di Kabupaten Garut, Senin (19/4), namun upaya tersebut tentu belum seutuhnya bisa langsung menciptakan kualitas pendidikan sebagaimana yang diharapkan, karena masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Sehingga pemerintah daerah harus mencari alternatif terkait metode pendidikan. Demikian diungkapkan Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat Ahab Sihabudin kepada wartawan.
Menurutnya, berbicara tentang pendidikan berarti berbicara tentang masa depan generasi bangsa. Bukan hanya urusan perut, tetapi merupakan urusan keberlangsungan sebuah negara.
Melihat kondisi pendidikan belakangan ini, Ahab mengaku khawatir. Pasalnya, pelaksanaan pendidikan seolah tidak ada rasa dan tidak ada suasana pendidikan.
Baca Juga:Hari Pertama Pelaksanaan Sekolah Tatap Muka di Garut Disambut AntusiasYudha Puja Turnawan Berbagi Takjil untuk Para Pejuang Keluarga
“Apalagi kalau berbicara tentang berapa persen pembelajaran yang bisa diserap oleh siswa, sungguh ini sangat mengkhawatirkan,” kata politisi PKS itu.
Lanjutnya, melihat kondisi pendidikan secara daring (online) dan sebagian tatap muka (offline) saat ini kata Ahab, semua pihak patut khawatir
“Melihat kondisi pendidikan online saat ini, kita patut khawatir. Contoh, hari ini yang belajar offline seluruh siswa kelas 1, yang lain online, tapi dilakukan pada waktu yang sama. Atau setengah dari siswa kelas 1, setengah dari siswa kelas 2 (online, red), yang lain offline,” katanya.
“Untuk itu pemerintah harus segera mencari terobosan mencari alternatif bentuk pembelajaran yg baru. Yang offline (Tatap muka, red) tapi masih aman,” pungkasnya. (rls/adv)