Prof Nidom, guru besar Unair itu, setuju dengan kesimpulan saya di Disway bulan lalu. Bahwa ini hanya soal definisi. “BPOM punya definisi sendiri apa itu vaksin,” ujar Prof Nidom.
“Apakah definisi itu diambil dari definisi WHO?” tanya saya.
“WHO tidak menetapkan apa-apa soal definisi vaksin,” jawabnya. “Hanya saja selama ini semua vaksin yang ditemukan tidak ada yang berbasis sel dendritik,” ujarnya.
Sebenarnya ini memang terobosan bagi negara miskin seperti Indonesia. Juga kesempatan langka. Jarang ada momentum negara miskin bisa menyalip negara maju di tikungan seperti ini.
Sering definisi membuat kita terbelenggu.
Baca Juga:Tujuh Korban Luka Akibat Kecelakaan Bus Masuk Jurang Sudah Bisa Pulang ke SubangHasil Rekontruksi Kecelakaan Bus, Sopir Tidak Kuasai Medan
Tapi saya juga setuju kehati-hatian jangan sampai dikorbankan. Uji coba fase 1 adalah tempatnya. Yang fokus pada efek samping. Tim Vak-Nus sendiri menyebut hasil uji coba fase 1 di Semarang itu sukses. Artinya tidak ada efek samping tertentu –yang dikategorikan bisa membuat izin uji coba fase 2 ditolak. Misalnya: ada yang sakit keras, atau sampai tidak bisa berjalan, atau sakit yang sampai diopname.
Bahwa Vak-Nus itu efektif melahirkan imunitas atau tidak itulah yang akan dikerjakan di fase 2. Begitulah memang prosedur penelitian.
Saya pun kembali membaca copy surat BPOM yang beredar luas di medsos itu. Soal efek samping tidak disinggung sama sekali. Kesan saya, BPOM sendiri sudah tidak mempersoalkan lagi soal efek samping.
Yang dipersoalkan justru efektivitas Vak-Nus –yang penilaian ini harusnya dilihat dari hasil uji coba fase 2 nanti.
Baiknya tim Vak-Nus segera membuat surat klarifikasi ke BPOM. Kan hanya itu yang diminta. BPOM sama sekali tidak menutup pintu uji coba fase 2. Tidak ada di surat BPOM itu yang berisi menolak permintaan izin uji coba fase 2.
Toh tim Vak-Nus merasa bisa mengklarifikasi semua hal yang dipersoalkan BPOM. Yang telak adalah soal: relawan yang tidak menunjukkan berhasil memiliki imunitas itu. Juga soal munculnya imunitas di tiga relawan. Yang disebutkan, sebelum uji coba pun relawan tersebut sudah memiliki imunitas.
“Sama sekali bukan seperti itu. Kami sudah melakukan klarifikasi,” ujar tim Vak-Nus.