GARUT– Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali mengingatkan akan dampak curah hujan dan kerentanan tanah pada sejumlah daerah di Indonesia.
Bahkan, pada masa peralihan musim perlu diwaspadai adanya potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat, petir dan angin kencang, angin puting beliung, bahkan fenomena hujan es.
Berdasarkan laporan BNPB, beberapa daerah telah mengalami peristiwa tersebut seperti di Kabupaten Cirebon, Sukabumi, Aceh Barat Daya, menjadi cermin bagi masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspadaan sejak dini.
Baca Juga:Dinar Candy Jujur Pernah Diajak Bercinta Sama Om-omMinum Kopi Malah Bikin Ngantuk?
Bencana banjir bandang Sukabumi misalnya, telah mengakibatkan dua warga meninggal dunia dan seorang warga masih dalam proses pencarian. Sementara itu ada 10 orang luka-luka yang dilarikan ke Rumah Sakit terdekat.
Menurut data yang dirangkum hingga Rabu (23/9) pukul 13.00 WIB, peristiwa tersebut telah berdampak pada 176 KK/525 jiwa dan sebanyak 78 jiwa terpaksa harus mengungsi.
Sedikitnya 127 unit rumah yang tersebar di 11 desa terdampak, dengan rincian 34 unit rumah rusak berat (RB), 23 rusak sedang (RS) dan 70 rusak ringan (RR). Berdasarkan analisa sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB, wilayah kejadian.
Banjir bandang Sukabumi merupakan dataran rendah yang berada di bawah kaki Gunung Salak dan dilalui beberapa sungai, yakni Sungai Citarik-Cipeuncit dan Sungai Cibojong. Menurut monitoring bahaya Banjir Bandang InaRisk BNPB, wilayah yang terdampak itu memiliki indeks bahaya sedang hingga tinggi terhadap banjir bandang.
Di sisi lain, berdasarkan pantauan GPM-NASA (inaWARE) dalam 24 Jam terakhir sebelum kejadian, wilayah hulu atau di sebelah utara Sukabumi maupun di wilayah yang terdampak mengalami curah hujan Sedang-Tinggi dengan intensitas hingga-120 mm. Hujan dengan intensitas tinggi tersebut menyebabkan massa air di daerah hulu menjadi semakin besar.
Adapun kondisi wilayah sungai yang rusak dan banyak terjadi erosi serta sedimentasi menyebabkan potensi terbentuk bendung alami. Ketika bendung alami tersebut menjadi besar dan terganggu keseimbangannya oleh intensitas hujan tinggi, kemudian menyebabkan bendung alami tersebut berpotensi terjadi limpasan air beserta lumpur dengan jumlah yang besar dan cepat, atau yang kemudian disebut banjir bandang.