BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengaku daya serap belanja Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar menjadi kendala di masa pandemi Covid-19.
“Masalahnya, mayoritas belanja kami kan lelang. Jadi tidak bisa saya bayar. Kan si kontraktor kerja dulu baru bayar. Makanya bayar-bayar itu rata-rata di bulan Oktober-Desember,” ucap Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Bandung, Kamis (6/8/2020).
“Yang kami bisa belanjakan, hanya belanja rutin. Makanya saya perintahkan, belanjanya di hotel saja. Beli beli di restoran. Pake transportasi umum supaya ekonomi bergerak,” imbuhnya.
Baca Juga:Satgas Sambut Baik Usulan Jabar Gandeng Swasta dalam Tes PCRKadisdik Garut: Jangan Memaksakan Diri Belajar Online
Mantan Wali Kota Bandung itu menjelaskan, hingga saat ini Pemprov Jabar terus bekerja keras untuk membelanjakan. Supaya anggaran terserap dengan baik.
“Tapi tetap tidak akan bisa memenuhi ekspetasi presentase yang besar. Sebab, kerja pemerintah ada prosedur yang tidak sesederhana yang kita bayangkan. Jadi ini tantangan,” jelas pria yang akrab disapa Emil itu.
Pria berkacamata itu mengaku, setelah berkoordinasi dengan para menteri, ternyata anggaran untuk Jabar itu banyak. Namun, kata dia, supaya terserapnya masih menjadi tantangan.
“Kesimpulan saya sekarang, banyak ngobrol ke banyak menteri. Duit itu banyak di menteri-menteri itu. Tapi menggelontorkan supaya terserap sekarang menjadi tantangan kita bersama,” ujarnya.
Kendati demikian, dirinya menugaskan Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar, Setiawan Wangsaatmaja, untuk menggalakkan belanja daerah pemerintah.
“Ekonomi kita terkontraksi cukup dalam minus 5. Maka saya tugaskan pak Sekda untuk menggenjrot belanja pemerintah. Karena ekonomi itu api nya ada empat. Ekpotasi, ekspor, daya beli dan belanja pemerintah.
Dirinya berharap, selama tiga bulan ke depan, empat api ekonomi di Jabar bisa berjalan normal kembali. Sebab, jika tidak Indonesia akan resesi seperti negara lain.
Baca Juga:Gagal Terima BSPS, Tiga Anak Yatim Dibantu Bangun Rumah Secara SwadayaKasihan, Guru Honorer Garut Derita Radang Otak
“Tiga bulan kita positif, tiga bulan ini kita minus, jangan sampai tiga bulan ke depan kita minus lagi. Maka kita harus mengumumkan Indonesia resesi seperti Singapura, Korea Selatan, Uni Eropa, Itulah kenapa kita push,” pungkasnya. (mg1)