Berawal dari keikutsertaannya dalam pelatihan untuk menemukan dan memberikan penyuluhan tentang tuberkulosis (TB) di tahun 2012 di organisasi Aisyiah. Euis Rohayati (53), warga Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat ini terus mencari dan membantu warga yang menderita TB. Karena keseriusannya itu, oleh warga pun ia mendapat julukan Polisi TB.
Iqbal Gojali, GARUT
Saat ditemui di Klinik Darul Arqam, Euis saat itu diketahui tengah mengantar seorang balita yang belum berusia satu tahun namun sudah dinyatakan positif TB. Ia bercerita bahwa sang balita mendapatkan penyakit itu karena tertular dari ayahnya.
“ Saat itu ayahnya tidak tahu kalau dia positif TB sehingga berinteraksi secara langsung dengan anaknya yang masih bayi. Rupanya interaksi tersebut menjadikan penyakit TB itu menular kepada anaknya yang masih kecil,” ujarnya.
Baca Juga:Jual PSK Lewat Medsos, AJ Dibekuk PolisiHasil Muskercab PCNU Garut, KH. Amin Muhyiddin Jabat Rois Syuriah, KH. Atjeng Abdul Wahid Ketua Tanfidiyah
Diketahuinya sang balita mengalami TB, adalah saat ia mengetahui bahwa ayahnya positif sehingga ia pun langsung mengajak orang tuanya untuk memeriksa anaknya. Setelah diperiksa tenyata sudah positif sehingga kini Euis pun rutin mengantar sang balita bersama orang tuanya untuk berobat.
Kegiatannya mencari hingga mengantar penderita TB sendiri, diakui Euis sudah dilakukannya sejak November 2012. Hingga saat ini, ia menyebut sudah mengantar 447 warga yang diduga menderita TB.
“ Dari jumlah tersebut 93 orang dinyatakan positif TB sehingga harus diobati dan sisanya hanya suspect saja. 89 orang sudah sembuh Alhamdulillah dan 4 orang lainnya hingga saat ini sedang mendapatkan pengobatan,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa selama menjadi polisi TB di Garut tidak jarang ia dihadapkan dengan tantangan. Diantara tantangan yang ia hadapi adalah penolakan warga yang secara tanda-tanda dipastikan positif TB namun enggan diajak diperiksa bahkan berobat.
Tidak hanya itu saja, di awal-awal ia bergerak tidak sedikit Puskesmas yang menolak untuk mengobati pasien yang dibawanya karena keterbatasan sarana.
“ Kalau sekarang mah hampir semuanya sudah bisa, dulu mah karena kurang fasilitas banyak yang menolak,” ungkapnya.
Wanita yang sehari-hari berjualan tahu di Pasar Guntur Garut ini menjelaskan bahwa di Kabupaten Garut warga yang paling banyak menderita TB rata-rata tingkat ekonominya menengah ke bawah.