Keutamaan Puasa Arafah, Bisa Menghapuskan Dosa Setahun Lalu dan Akan Datang

Keutamaan Puasa Arafah, Bisa Menghapuskan Dosa Setahun Lalu dan Akan Datang
istimewa
0 Komentar

RadarPriangan.com – Pada bulan Dzulhijjah ada salah satu amalan utama yang sayang sekali untuk dilewatkan umat Islam. Amalan itu adalah puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.

Puasa ini memiliki keutamaan yang besar dan tidak semustinya ditinggalkan oleh seorang muslim. Puasa ini dilaksanakan bagi kaum muslimin yang tidak melaksanakan ibadah haji.

Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, seperti dikutip dari laman muslim.or.id menjelaskan keutamaan puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun lalu dan akan datang.

Baca Juga:Hadiri Pernikahan Cucu, Warga Majalengka Positif Covid-19Sudah Pernah Coba Kopi Rempah? Kalau Belum Coba ke Kota Tasik

berdasarkan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)

Imam Nawawi dalam Al Majmu’ (6: 428) berkata, “Adapun hukum puasa Arafah menurut Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah: disunnahkan puasa Arafah bagi yang tidak berwukuf di Arafah. Adapun orang yang sedang berhaji dan saat itu berada di Arafah, menurut Imam Syafi’ secara ringkas dan ini juga menurut ulama Syafi’iyah bahwa disunnahkan bagi mereka untuk tidak berpuasa karena adanya hadits dari Ummul Fadhl.”

Ibnu Muflih dalam Al Furu’ -yang merupakan kitab Hanabilah- (3: 108) mengatakan, “Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.”

Adapun orang yang berhaji tidak disunnahkan untuk melaksanakan puasa Arafah.

“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari no. 1988 dan Muslim no. 1123).

“Dari Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa orang-orang saling berdebat apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Arafah. Lalu Maimunah mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu) dan beliau dalam keadaan berdiri (wukuf), lantas beliau minum dan orang-orang pun menyaksikannya.” (HR. Bukhari no. 1989 dan Muslim no. 1124).

0 Komentar