RADAR GARUT – Baru-baru ini penggunaan kata maneh atau mengomentari maneh merupakan hal yang tidak sopan dan dianggap tidak mencerminkan terpelajar.
Namun disebagian daerah kata maneh berarti itu atau mana yang berarti kata maneh sendiri tidak kasar atau tak soban bagi Sebagian daerah.
Kata kasarberati kata yang mengandung makna yang kasar atau tidak sopan, dan dapat menyinggung perasaan orang yang mendengarnya.
Baca Juga:Hukum Merokok Saat Berpuasa Menurut IslamOlahan Keripik Kentang Bisa Jadi Reverensi Julana Kekinian
Oleh karena itu, penggunaan kata kasar dianggap tidak sopan dan kurang pantas dalam berkomunikasi, terutama dalam konteks formal atau di lingkungan yang membutuhkan tata krama yang baik.
Sebaiknya kita menghindari penggunaan kata kasar dan menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai dengan situasi dan konteks yang ada.
Arti kata maneh dalam bahasa sunda apakah tidak sopan?
Dalam bahasa Sunda, kata “maneh” digunakan sebagai kata ganti orang ketiga tunggal yang merujuk pada objek atau orang yang jauh dari pembicara.
Penggunaan kata “maneh” dalam bahasa Sunda tidak dianggap tidak sopan atau kasar, melainkan termasuk dalam tata bahasa resmi bahasa Sunda.
Contoh penggunaan kata “maneh” dalam kalimat bahasa Sunda adalah “Maneh nu aya di jauh” yang berarti “Itu yang ada di jauh”.
Namun, seperti halnya dengan bahasa lainnya, penggunaan kata haruslah tepat dan sesuai dengan konteks dan situasi yang ada agar terhindar dari kesalahpahaman atau ketidaknyamanan dalam berkomunikasi.
Berikut adalah beberapa contoh arti kata “maneh” dalam beberapa bahasa daerah di Indonesia:
Bahasa Jawa: “maneh” artinya “itu” atau “yang”
Bahasa Sunda: “maneh” artinya “yang” atau “itu”
Bahasa Minangkabau: “maneh” artinya “mana”
Bahasa Bali: “maneh” artinya “di mana”
Bahasa Banjar: “maneh” artinya “dimana”
Bahasa Makassar: “maneh” artinya “itu”
Bahasa Bugis: “maneh” artinya “itu” atau “yang”