JAKARTA – Dampak pandemi Covid-19 juga mempengaruhi perkembangan ekonomi syariah Indonesia pada tahun 2020. Meski begitu, ekonomi syariah mampu menunjukkan kinerja yang baik. Sektor pertanian dan makanan halal menjadi sumber pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menghadiri Rapat Pleno Perdana Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) di Kantor Wakil Presiden, Selasa (30/11).
Rapat yang dipimpin oleh Wakil Presiden RI KH. Ma’ruf Amin selaku Ketua Harian KNEKS, diharapkan dapat memperkuat sinergi dan koordinasi lintas sektoral sehingga dapat mempercepat pengembangan ekonomi syariah dalam rangka memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Baca Juga:Dadan Hidayatulloh Salurkan Bantuan Logistik Untuk Korban Banjir Sukawening dan KarangtengahAhab Sihabudin Tinjau dan Distribusikan Bantuan Untuk Korban Bencana di Sukawening dan Karangtengah
“Rapat pleno ini dalam rangka menyatukan langkah untuk tercapainya Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia,” tutur Wapres Ma’ruf Amin pada konferensi pers yang digelar usai rapat pleno.
Berdasarkan data pada State of the Global Islamic Economy Report 2020-2021, secara umum ekonomi syariah Indonesia berada pada posisi ke empat, yakni naik 1 peringkat dari laporan tahun 2019/2020. Dengan total aset keuangan syariah Indonesia mencapai US$99 miliar, Indonesia menjadi negara ke-7 dengan total aset keuangan syariah terbesar di dunia.
Sementara, data pada Islamic Finance Development Report 2020, secara umum nilai Islamic Finance Development Indicator Indonesia berada pada posisi kedua. Kemudian peringkat kategori halal food Indonesia berada pada posisi 4, fashion di posisi 3, media dan rekreasi di posisi 5, muslim friendly travel di posisi 6, kosmetik dan farmasi di posisi 6, serta Islamic Finance juga di posisi 6.
Namun, apabila melihat share perbankan syariah terhadap perbankan nasional, dapat dikatakan masih relatif rendah. Pada Juli 2021, share asset perbankan syariah terhadap total asset perbankan hanya 4,41%, share dana pihak ketiga sebesar 4,89%, dan pembiayaan sebesar 4,54%.