RadarPriangan.com, GARUT – Banjir yang menerjang wilayah selatan Garut pada Senin (12/10), rupanya tidak hanya merusak rumah yang ada di sekitar sungai.
Nelayan di selatan Garut juga mengalami kerugian akibat kapal yang mereka sandarkan di dermaga terbawa air lalu tenggelam di tengah laut.
Kepala Rukun Nelayan Santolo, Pudin Marjoko mengatakan, puluhan perahu yang rusak dan hilang itu adalah milik para nelayan yang tak pergi melaut saat kejadian banjir.
Baca Juga:Kecewa Kepada DPRD Ciamis, PMII Akan lakukan Aksi Besar-besaranPolsek Panumbangan Polres Ciamis, Akan Terus Lakukan Operasi Yustisi
“Ada 35 perahu rusak saat banjir, 15 diantaranya hilang. Banyak juga yang rusak ringan, tapi bisa tertolong,” kata Pudin, Rabu (14/10/2020).
Pudin menaksir, kerugian yang diderita nelayan totalnya mencapai Rp500 juta. Kerugian tersebut dihitung dari harga satu unit perahu beserta mesin dan kelengkapan lebih dari Rp 50 juta dikali perahu rusak dan hilang.
“Sekarang perahu-perahu nelayan banyak yang diparkirkan di bibir Pantai Santolo yang biasa digunakan untuk tempat wisata. Nelayan masih khawatir terjadi banjir susulan. Kalau di lokasi itu memang lebih aman lah,” ungkapnya.
Salah seorang nelayan, Gun Gun mengaku, ketika banjir terjadi ia baru saja pulang melaut. Saat hendak masuk muara untuk menyandarkan perahu, ia melihat aliran air dari sungai cukup deras sehingga memilih tidak masuk ke dermaga.
“Saya saat itu melihat banyak perahu yang terbawa derasnya air sungai. Tinggi air memang lebih tinggi sekitar 1 sampai 2 meter dibanding biasanya. Jadinya saya tidak masuk ke dermaga, tapi langsung saja ke arah pantai yang aman dari banjir. Alhamdulillah perahu saya tidak rusak,” ucapnya.
Banjir besar, menurutnya memang biasa terjadi setiap 10 tahun sekali. Namun banjir yang terjadi Senin (12/10) lebih besar dibanding 10 tahun terakhir.(igo/RP)