Batik Garutan dan Anyaman Bambu Tetap Eksis Menjadi Kebanggaan Warga Garut dengan Daya Saing di Pasar Nasional

Pj Bupati Garut mendapatkan banyak penghargaan
Pj Bupati Garut mendapatkan banyak penghargaan
0 Komentar

GARUT – Dalam sektor eknomi kreatif, Batik garutan, tenun khas, dan anyaman bambu menjadi kebanggaan lokal dengan daya saing di pasar nasional hingga internasional. Pemerintah Kabupaten Garut di bawah kepemimpinan Penjabat Bupati Barnas Adjidin terus mendorong penggunaan produk lokal, seperti mewajibkan ASN mengenakan batik garutan setiap hari Jumat dan penggunaan aksesori berbahan kulit garut setiap Rabu.

Di sisi lain, pemerintah Kabupaten Garut turut mendukung keberlangsungan batik garutan. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Garut, Ridwan Effendi, mengungkapkan bahwa Pemkab Garut terus membina dan mengembangkan perajin batik melalui pelatihan dan sertifikasi.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah penerbitan surat edaran yang mengharuskan penggunaan batik garutan setiap hari Jumat bagi pegawai pemerintah. Dengan kebijakan dimaksud, Pemkab Garut berharap bisa mendorong para pelaku usaha di sektor industri perajin batik bisa termotivasi untuk terus mengembangkan dan meningkatkan produksi batik garutan, selain menjaga eksistensinya.

Baca Juga:Di Momentum HJG ke-212, PJ Bupati Garut Tekankan Pentingnya Naik Kelas Bagi UMKMHari Jadi Ke-212 Kabupaten Garut: Tantangan dan Optimisme Menuju Lebih Hebat

“Termasuk juga di beberapa event-event tertentu, kami melaksanakan festival, kemudian juga kami melaksanakan beberapa kegiatan-kegiatan fashion show, untuk bisa menumbuhkembangkan, menjaga,” jelas Ridwan.

Sebagai warisan budaya, batik garutan tetap eksis di tengah arus globalisasi, dan pengrajin bisa terus berinovasi serta bersinergi dengan berbagai pihak. Upaya untuk meregenerasi pengrajin batik juga menjadi prioritas, agar warisan budaya ini tetap hidup dan berkembang di masa depan.

“Harapan kami ke depan masyarakat Garut bisa lebih mencintai dan bangga untuk menggunakan batik garutan,” tutup Ridwan.

Di tengah arus globalisasi, batik garutan tetap eksis berkat dedikasi para perajin lokal, salah satunya adalah Euis Sukaesih (67), seorang perajin batik asal Kampung Batik Paledang, Garut Kota. Meski usianya sudah lanjut, Euis tetap semangat untuk terus berkarya. Ia menjelaskan bahwa keterampilan membatiknya diwarisi dari neneknya sejak tahun 1974 dan terus diturunkan kepada anak cucunya.

Di tengah segala tantangan, batik garutan tetap bertahan, berinovasi, dan bersinar sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai.

Begitu pula dengan keberadaan Piazza Firenze Garut di awal 2025 juga diharapkan memperkuat industri kulit garut agar lebih dikenal luas, bahkan mampu bersaing di kancah global.

0 Komentar