Transformasi Peran Keluarga dalam Masyarakat Digital Melalui Implikasi Sosial dan Psikologis

Fadyah Nurfadriza, Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Fadyah Nurfadriza, Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
0 Komentar

Dampak psikologis dalam hal pola komunikasi dalam keluarga ini adalah timbulnya perasaan terasing dan minimnya ikatan emosional di antara anggota keluarga. Komunikasi dalam bentuk pesan teks atau video call tidak sepenuhnya bisa menggantikan kedalaman interaksi yang terjadi dalam pertemuaan langsung atau tatap muka. Banyak anak dan orang tua yang merasa kesulitan untuk saling berempati karena mereka jarang berdiskusi atau berinteraksi secara langsung.

Pola Pengasuhan yang Berubah

Teknologi digital juga mempengaruhi pola pengasuhan. Sebelum munculnya era digital, orang tua menjadi sumber utama informasi dan nilai nilai bagi anak-anak mereka. Namun, saat ini internet menyediakan sumber informasi yang melimpah, yang terkadang sulit untuk diatur/dikendalikan. Anak-anak dapat dengan mudah mengakses informasi yang sering kali tidak cocok untuk usia mereka, serta terpapar berbagai pengaruh dari media sosial. Sebagai akibatnya, tugas orang tua dalam mengawasi dan memberikan bimbingan menjadi semakin sulit.

Dalam konteks sosial, hal ini dapat mengakibatkan perbedaan pandangan, minat dan nilai antara orang tua dan anak. Dari sudut pandang psikologis, anak-anak yang mulai mengakses internet pada usia dini rentan terhadap tekanan sosial dan masalah psikologis, seperti tingkat kecemasan yang berlebihan akibat pengaruh media sosial atau kurangnya kepercayaan diri yang disebabkan oleh standar kecantikan dan gaya hidup yang tidak realistis.

Baca Juga:Pengaruh Perdagangan Rempah-rempah Terhadap Kebudayaan di NusantaraPunya Penyakit Lepra, Sumpena Kakek Asal Garut Ini Hanya Bisa Mengemis Demi Menafkahi Keluarga

Munculnya teknologi digital menciptakan situasi di mana anggota keluarga cenderung menghabiskan waktu sendirian dengan gadget masing-masing. Aktivitas keluarga bersama, seperti makan malam atau berlibur, kini terganggu oleh kehadiran gawai. Keadaan ini berpotensi mengarah pada isolasi sosial dalam keluarga itu sendiri, di mana masing-masing anggota memiliki dunianya sendiri. Hal ini tidak hanya mengurangi keterhubungan antar anggota keluarga, tetapi juga memperlemah ikatan emosional di antara mereka. Secara psikologis, isolasi dalam keluarga dapat menyebabkan perasaan kesepian dan stres. Anak-anak dan remaja yang kurang mendapatkan perhatian dan dukungan emosional dari orang tua atau saudara kandung cenderung rentan terhadap depresi dan masalah perilaku.

Mengelola dampak sosial dan psikologis dari perubahan ini memerlukan kesadaran dan upaya aktif dari setiap anggota keluarga. Keluarga perlu menetapkan batasan dalam penggunaan perangkat digital dan mendorong interaksi yang berkualitas di antara mereka. Orang tua juga perlu mengembangkan keterampilan digital agar dapat membimbing anak-anak dengan bijak.

0 Komentar