“Saya juga ikut pengajian untuk mengenalkan diri, meskipun semuanya sudah tahu sama saya karena saya jadi petani dan pengurus kepemudaan juga. Namun sebelum pelantikan adik saya yang TNI sudah sarjana, terus yang satu lagi juga sarjana juga, tinggal saya yang belum sarjana,” katanya.
Pada akhirnya, sebelum dilantik ia juga akhirnya memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, artinya waktu mendaftarkan calon kepala desa, ia juga ikut mendaftar sebagai mahasiswa fisip di Uniga.
“Karena adik-adik saya sarjana, saya juga akhirnya kuliah juga di Uniga jurusan Fisip. Sebelum pelantikan kades saya sudah kuliah, banyak hal atau ilmu yang saya dapatkan selama kuliah di fisip, jadi pas daftar calon kepala desa saya juga daftar untuk kuliah, jadi waktu saya jadi kades itu saya masih kuliah juga, pokoknya saya kuliah dari 2005 sampai lulus tahun 2009, tepat saat saya masih kuliah, saya juga jadi kepala desa,” ujarnya.
Baca Juga:Bey Machmudin: Kerja Sama yang Solid Kunci Keberhasilan Pilkada Jabar 2024 Bos Jalan Tol Ikut Mundur Bersama Airlangga, Pilgub Jabar Semakin Terbuka untuk Balon Lain
Ketika di priode pertama menjadi kades, banyak sekali hal-hal yang membuat dirinya merasa bersukur salah satunya ia merasa senang ketika bisa membantu masyrakat yang membutuhkan.
“itu sangat bangga sekaligus berkesan ketika bisa menyelesaikan masalah-masalah warga, menyelesaikan sengketa, perdata tentang tanah, terus di kepolisian, saya juga bisa menyelesaikan masalah rumah sakit. Alhamdulillah 80 persen pada priode pertama saya bisa menyelesaikan permasalahan masyarakat,” ungkapnya.
Dipriode kedua jadi kades tahun 2011 sampai 2017, ia kembali terpilih untuk melanjutkan perjuanganya dalam membela masyarakat. “saya melanjutkan perjuangan saya, karena di priode pertama saya belum mengenal dinas-dinas karena masih penjajakan, dan di priode kedua saya bisa membangun situ Ciburial yang bisa mengairi sekitar 80ribu hektar, bisa nembus jalur atau jalan desa antara panjiwangi-sukajadi, alhamdulillah sangat luar biasa, pesan kesanya dari tidak ada apa-apa sekarang jadi ada, balong tidak ada yang kering, kolam-kolam tidak ada kekeringan, drainase tidak ada yang kekeringan, semuanya ter airi, tidak ada kekeringan,” katanya.
Sampai pada akhirnya di priode terakhir menjabat sebagai kepala desa atau priode ketiga di tahun 2017-2023. “ada Pamdes itu dari akhir priode kedua sampai priode ketiga, dari priode kedua itu awalnya dari 70 rumah menjadi 400 rumah, dan di priode ketiga menjadi 800 rumah. Kemarin pas 2023 itu sudah 800 KK, jadi pake meteran semuanya. Itu tidak mudah menjelaskan ke masyarakat, sangat berat. Untuk memastikan masyarakat mengerti itu susah, itu menjadi kebaggaan saya,” ungkapnya.