GARUT – Ketua Umum (Ketum) Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleransi (Almagari) Kabupaten Garut, KH Aceng Abdul Mujib, memberikan penilaian terkait dengan kinerja Penjabat (PJ) Bupati Garut, Barnas Adjidin, selama memimpin roda pemerintahan di Kabupaten Garut.
Ceng Mujib sapaan akrabnya, menyampaikan, bahwa selama ini Barnas Adjidin dinilai masih kurang dalam melakukan aksi di lapangan.
“Saya sering bertemu berkali-kali, kalau mendengar dari sambutanya cukup serius. Tapi keseriusanya ini perlu disertai dengan aksi di lapangan, caranya itu ya semuanya harus diajak komunikasi. Sampai hari ini saya melihat pernah gak beliau mengajak ngomong kepada MUI bagaiamana cara menyelesaikan Garut?,” ujar Ceng Mujib, di Kantor MUI Garut, komplek Islamic Center, Kelurahan Pakuwon, Garut Kota, Senin 13 Mei 2024.
Baca Juga:Sekda Jabar Mengajak ASN Menghadirkan Pelayanan Terbaik untuk Sejahterakan Warga Tampil Mengecewakan, Rudy Gunawan Akan Ganti Personel Persigar, dengan Pelatih dan Pemain Baru
Ia mengatakan, bahwa sampai dengan saat ini komunikasi Barnas Adjidin khususnya secara personal dinilai masih belum maksimal.
” Kalau diundang ya memang datang, tapi komunikasi secara personalnya sampai sejauh ini belum ada. Undang tokoh, undang kiyai, tolong masukan kami, membawa Garut ini harus kemana, arahnya harus seperti apa. Jangan hanya Forkopimda,” ujarnya.
“Kalau saya membanggakan memang forkopimda itu bagus sekali, tapi kalau saya mengucilkan forkopimda itu ada berapa orang? Tau apa kamu? Artinya kalau tidak mau komunikasi, kamu jangan macam-macam, kamu jangan seenaknya. Ajak semua orang, banyak yang bisa diajak bicara yang punya segudang konsep bahkan solusi alternatif, agar semua sepakat dan semuanya seragam,” sambungnya.
Bahkan, dirinya mengaku pernah memberikan pesan kepada Barnas Adjidin, supaya tidak berjalan sendiri-sendiri.
” Saya pernah ngomong di salah satu pertemuan, hey PJ Bupati, hey Kapolres, hey Dandim, kamu jangan berjalan sendiri kalau serius mau bekerja melaksanakan tugas negara, ajak semua komponen. Apa penyakitnya, bagaimana cara penyelesaianya. Sampai hari ini saya punya beberapa konsepun, kalau tidak punya kebijakan ya tidak akan bisa,” ujarnya.
“Yang menjadi penyakit itu misalnya pernah muncul banyaknya premanisme, hadapkan dengan saya siapa premannya. Atau misalkan hadapkan LSM-nya dengan saya, kalau memang seandainya mau bersama-sama. Saya sangat yakin mau itu LSM ataupun preman kalau mereka mau diajak komunikasi mereka pasti mau kok, mereka juga tidak akan bertindak semena-mena,” sambungnya.