Artikel tersebut juga menggambarkan perubahan citra Prabowo dari seorang tokoh militer yang kuat pada 2014 menjadi seorang Muslim taat pada pemilihan kali ini.
Meski telah mencoba meraih dukungan dengan mengubah citra sebagai seorang kakek gemoy yang bersahaja, Prabowo tetap menghadapi tantangan kuat, terutama dengan dukungan dari keluarga Jokowi.
Baliho Prabowo-Gibran yang bertebaran di seluruh Indonesia menunjukkan strategi kampanye yang berbeda.
Baca Juga:Amalkan Doa Minta Jodoh Terbaik Kamu yang Sedang Berusaha Mencari Pasangan Hidup7 Produk yang Cocok dijual Online untuk Bisnis Sukses, Bisa Bikin Untuk Banyak Loh!
Perubahan citra ini menarik perhatian generasi muda, yang menjadi pemilih terbesar di Indonesia. Mereka yang lahir setelah pemerintahan Soeharto mungkin memiliki pandangan berbeda terhadap Prabowo, tanpa memahami sepenuhnya kengerian rezim Soeharto.
Dengan pemilihan yang semakin dekat, kritik terhadap Prabowo dan dampak potensialnya terhadap demokrasi di Indonesia menjadi pusat perhatian.
Meskipun Prabowo berusaha meyakinkan pemilih dengan citra yang berbeda, pertanyaan mengenai masa lalunya dan dampaknya terhadap masa depan demokrasi tetap menjadi fokus utama dalam pemilu ini.
Demikian informasi mengenai The New York Times: Tantangan Jika Prabowo Menjadi Presiden, Ancaman terhadap Demokrasi di Indonesia, semoga bisa bermanfaat.