Keempat, taqwa dengan makna tauhid kepada Allah, sebagaimana dalam QS. Al-Hujurat, 49: 3, Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.”
M Quraish Shihab memberikan penafsiran tentang makna tauhid dengan ungkapan bahwa sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di dalam majlis Rasulullah demi penghormatan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang hatinya hanya untuk bertakwa. Maka bagi mereka ampunan yang luas atas dosa-dosa mereka dan pahala telah dibersihkan oleh Allah yang amat besar.
Kelima, taqwa dengan makna ikhlas sebagaimana dalam QS Al-Hajj, 22: 32, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” Muhammad Sulaiman Al Asyqar memberikan penafsiran ikhlas dalam ayat itu yaitu dengan pengagungan terhadap syi’ar-syi’ar Allah dalam pelaksanaan ibadah haji, seperti penyembelihan hadyu (kurban) dengan memilih hewan yang bagus dan gemuk sebagai bentuk pendekatan kepada Allah.
Baca Juga:Gubernur Luncurkan Program Stopper Jabar di Kota BanjarKapolres Berbagi Makanan di Hari Jadi Kota Banjar
Apa yang dilakukan oleh setiap jemaah haji pada waktu manasik haji, hendaklah diniatkan semata-mata karena Allah swt. Setiap orang yang menghinakan dengan perbuatan atau ucapan, maka itu dianggap sebagai kesesatan dan kebutaan hati terhadap pengagungan yang diwajibkan Allah. (*)