JAKARTA– Pegiat media sosial dr Tirta atau Tirta Mandira Hudhi bilang tindakan gak bijak soal viralnya Es Teh Indonesia somasi netizen yang kritik kadar gula.
dr Tirta menyampaikan opininya pada sebuah kicauan melalui akun media sosial Twitter bernama @tirta_cipeng yang terverifikasi.
Pegiat media sosial dan juga seorang dokter itu memang terpantau aktif dalam memakai platform tersebut untuk menyuarakan pendapat pribadinya.
Baca Juga:Sang ART Mengaku Tahu dan Dengar Suara Rintihan Putri Candrawathi di KamarFaizal Assegaf Sarankan Najwa Shihab Rangkul Nikita Mirzani: Nyai Sederajat dengan Gus Baha
Kini dr Tirta turut angkat bicara tentang peristiwa ramainya perbincangan somasi yang dilayangkan Es Teh Indonesia ke netizen yang kritik kadar gula.
“Tindakan ga bijak,” tulis dr Tirta, Minggu, 25 September 2022.
“Seharusnya customer yang marah-marah itu diajak diskusi, siapa tahu sarannya membangun,” tambahnya.
dr Tirta juga merasa bahwa apa yang dilakukan Es Teh Indonesia dalam memberikan somasi akan membuat para konsumen menjauh.
“Bad experience yang dialami customer itu kalau ga ditangani dengan baik akan berbahaya bagi value brand,” jelas dr Tirta.
“Somasi bukan solusi, fix tambah keruh,” sambungnya.
dr Tirta menambahkan kalau mau sharing dan diskusi bahaya minuman berkandungan gula tinggi gini, harusnya pihak brand tinggal menampilkan kandungan gizinya, berapa gram kandungan gulanya.
Harusnya, lanjut dr Tirta, jadi masukan malahan. Asli. Tinggal umpan lambung, lalu buat minuman rendah gula.
“Atau malah umpan lambung, mengedukasi mengenai kandungan gula diminumannya,” terang dr Tirta.
Baca Juga:Hiu Putih Besar Menerkam Wanita Berusia 39 Tahun Hingga TewasTidak Terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan Tapi Ingin Dapat BSU Rp 600 Ribu
“Ini malah bisa jadi chance, ketika pihak pemilik menganggap sebuah bad experience menjadi kesempatan untuk RnD dan FGD,” lanjutnya.
Bagi dr Tirta tidak perlu send fake acc buat reply kicauannya dengan template yang sama.
“SAC sudah pernah di posisi itu sejak 2013, berkali-kali dimaki-maki ketika salah dan kita belajar,” beber dr Tirta.
“Saking getolnya, gue sampai sekolah lagi demi memahami pola market dan cara mempertahankan perusahaan,” tambahnya.
Menurut dr Tirta jasa service itu sudah risiko akan ada masanya bad service berujung maki-makian customer yang mendapat bad service.
“Decision maker saat crisis gini penting, sampai ada materi kuliah sendiri bahas ini ‘Crisis management’,” ungkap dr Tirta.