Suroto mencontohkan, seperti negara di Timor Tengah yang diperbandingkan misalnya, mereka itu masyarakatnya dapat alokasi pendapatan dari negara yang cukup untuk hidupnya. Terlebih, mereka juga tidak dibebani pajak.
“Sedangkan kondisi masyarakat kita di lapisan bawah itu hidupnya sudah kembang kempis akibat pandemi, dan juga tekanan mafia kartel pangan. Jauh sekali kondisinya jika diperbandingkan,” terangnya.
Jika dibandingkan dengan negara negara Eropa, lanjujt Suroto, pun juga tidak fair, selain tingkat daya belinya memang mereka sudah bagus, struktur pasarnya tidak dikuasai secara oligopolistik dan monopolistik seperti Indonesia.
Baca Juga:Viral Es Teh Indonesia Somasi Netizen yang Kritik Kadar Gula, dr Tirta: Tindakan Ga BijakSang ART Mengaku Tahu dan Dengar Suara Rintihan Putri Candrawathi di Kamar
“Sedangkan masyarakat kecil di bawah kita itu harus hidup penuh persaingan berdarah darah dengan tetangganya untuk sekedar bertahan hidup,” tegasnya.
“Sementara kue ekonomi nasional kita dikuasai secara kongkalikong sebagian besarnya antara pebisnis kelas konglomerat dengan para elit politik,” pungkasnya.(disway)/MG11