Nigeria – Ternyata virus Lassa lebih menular dan mematikan dibandingkan Covid-19.
Dalam laporan rumah sakit Nigeria telah merawat 100.000 hingga 300.000 orang yang terpapar virus Lassa setiap tahunnya.
Salah seorang bernama Victory Ovuoreoyen terpapar virus Lassa, dia mengalami demam, muntah dan diare parah serta dirawat di Pusat Medis Federal.
Hanya dalam empat hari, badan Victory menjadi kurus meskipun pihak dokter mengungkapkan bahwa dia akan segera pulih.
Baca Juga:Manchester United Menang 2-1 Atas LiverpoolSebagai Pelatih Persib,Luis Millla Bawa Dua Asisten
Dokter juga mengungkapkan bahwa virus Lassa mirip dengan Ebola, di mana tingkat kematian mencapai 15 persen dari pasien yang ditangani di rumah sakit Nigeria.
Menurut WHO, masa inkubasi virus Lassa antara dua dan 21 hari, gejala yang parah mulai muncul dalam waktu seminggu setelah terpapar virus tersebut.
Gejala awal termasuk sakit kepala dan otot, sakit tenggorokan, mual dan demam.
Demam Lassa menurunkan jumlah trombosit dalam darah dan kemampuannya untuk menggumpal, menyebabkan pendarahan internal, bahkan kegagalan organ yang fatal dapat terjadi dalam beberapa hari.
Awalnya, banyak yang tidak bisa dibedakan dari gejala malaria, penyakit umum di wilayah tersebut.
Laboratorium rumah sakit di Owo merupakan tempat satu-satunya di negara Nigeria yang dapat melakukan tes darah diagnostik Lassa dan hasilnya baru keluar setelah dua hari.
Kombinasi faktor ini sering menyebabkan penderita deman Lassa baru keketaui setelah dalam kondisi parah dan lebih sulit untuk diobati.
Baca Juga:Inilah Ucapan Perpisahan Casemiro Saat Berpisah Dengan Real MadridPerayaan HUT RI – Pemprov Jabar di P3D Semarak
Owo, pusat pasar pertanian 300 kilometer dari ibukota Nigeria Abuja, merupakan pusat wabah Lassa yang dimulai awal tahun 2022.
Virus Lassa telah menyebabkan lebih dari 160 kematian, di mana pada puncaknya pada Maret lalu 38 tempat tidur di bangsal isolasi tidak mencukupi dan 10 tempat tidur tambahan ditambahkan untuk kasus yang dicurigai.
Warga Owo lebih takut pada virus Lassa daripada virus corona karena sejak tahun 2020 mencatat 171 kematian yang disebabkan oleh Lassa.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit tersebut, sedangkan kematian akibat Covid-19 hanya mencapai 85.
Kepala perawat, Josephine Funmilola Alabi memeriksa infus yang memberikan obat antivirus Ovuoreoyen dan mengobati dehidrasi, masalah yang harus dihadapi pasien demam Lassa yang sakit parah.