Kontribusi Budaya Pencak Silat dalam Kecepatan dan Kekuatan Pemulihan dan Kebangkitan Indonesia 77 Tahun

Kontribusi Budaya Pencak Silat dalam Kecepatan dan Kekuatan Pemulihan dan Kebangkitan Indonesia 77 Tahun
H. Sariat Arifia (Pengurus Bidang Budaya IPSI JABAR 2022-2026)
0 Komentar

Kecepatan dalam pencak silat juga di gambarkan  melalui kalimat silat, yakni di antarnaya di definisikan sebagai “MengiSI secepat kiLAT”. Tidak boleh ada jeda. Tidak boleh ada ruang sedikitpun dalam mengisi. Duduk termenung, berpangku tangan, melihat tantangan yang ada di depan mata adalah pamali/pantangan untuk di lakukan (M. Rifai Sahib, Filsafat Pencak Silat).

Selain kecepatan, di dalam latihan pencak silat maka selain mendapatkan kekuatan Fisik maka juga berbarengan dengannya adalah kekuatan mental spiritual. Melalui Pencak silat, tidak hanya mendapatkan ketajaman reaksi saja tapi juga mendapatkan faedah rohani seperti ketabahan menderita sakit, keperwiraan kekesatriaan. Oleh karenanya penting untuk  dipelihara, disuburkan dan dijadikan pusaka turun temurun (Bung karno, 11 Agustus 1952)

Adat, adab dan sopan santun adalah dasar Pendidikan pencak silat. Selain dari itu juga digunakan untuk memperluas budi pekerti, menanamkan kepercayaan diri. Orang yang pandai pencak silat adalah orang yang berani. (Bung Hatta, 30 Juli 1952).

Baca Juga:Berkas Penting Kaitan BOP dan Pokir DPRD Garut Diamankan Kejaksaan dalam 2 KoperMakin Kompak, Parpol Koalisi Indonesia Bersatu Daftar ke KPU

Oleh karena itu dalam Pendidikan pencak silat, bisa diukur seberapa dalam seseorang belajar pencak silat, dengan mengukur tingkat kesabarannya, ketabahannya, adat, adab dan sopan santunnya.  Bahkan pengorbanannya kepada orang banyak, agama dan negara. Inilah kekuatan mental spiritual dari seorang pendekar.

Dalam Pencak silat aliran Cimande, kekuatan ini di gambarkan dalam kalimat tujuan belajar pencak cimande yang di rumuskan mama H. Djarkasih (Alm),” Cicing panceg, dina tangtungan alif. Ulah unggut kalindungan, ulah gedak ka anginan ku jalan Istiqomah, Jadi tauladan ngabela anu hak, kalawan ngajauhan anu bathil” (H. jatnika Nanggamihardja, Shi dari warisan tradisi Cimande)

Kekuatan itu bukanlah sesuatu yang hanya fisik saja, namun lebih  dari itu berada di dalam tubuh, berbentuk  karakter, pikir dan juga hati. Seorang pendekar di tuntut untuk  Tahan terhadap godaan, setia pada tujuan. Membersihkan diri dari tujuan yang jelek dan juga cara cara yang tidak memiliki martabat.

Adalah keliru kalau menganggap pencak silat semata mata, hanya tampilan di dalam panggung atau hanya sebatas Pendidikan fisik. Pencak Silat adalah Pendidikan berbasis  Fisik yang berfungsi  melatih kondisi mental lahir atau bathin yang di sebut sebagai Psycho Psychics (Randy Van Zichem P.H.D, De Traditie Van Cimande “Indonesische martiale kunst in dynamisch perspectie)

0 Komentar