Rapuhnya Kekeluargaan dan Politik Internal NU

Rapuhnya Kekeluargaan dan Politik Internal NU
KH Imam Jazuli Lc--
0 Komentar

Perlakuan lemah lembut PBNU di bawah komando Gus Yahya terhadap Erick Thohir tidak semanis terhadap Ketum PKB Muhaimin Iskandar. Bahkan lebih manis kepada Ketum Golkar Airlangga Hartarto. Misalnya, Gus Yahya mengatakan, “Kalau sekarang beliau masih Menko Bidang Perekonomian, Insya Allah saya doakan di masa mendatang naik kelas menjadi atasannya menteri.” (Tempo, 4 Maret 2022).

Ada sifat buruk yang semestinya tidak terjadi di kalangan sesama anggota keluarga NU, baik atas nama Jam’iyyah (organisasi) ataupun Jama’ah (warga); baik secara kultural maupun struktural. Ketika Gus Yahya sebagai Ketum PBNU mendoakan Ketum Golkar Airlangga Hartarto di masa depan menjadi “atasannya menteri” (presiden), maka itu tidak adil bila dibandingkan dengan sikapnya yang melarang para pengurus PCNU Banyuwangi mendukung dan mendoakan salah satu Capres?!

Sejatinya rusan adil tidak adil, fair dan unfair, bukan hal penting bila sejak awal memang bertujuan merecoki dan mengganggu sesama anggota keluarga NU yang punya hajat besar. Namun, pelajaran yang jauh lebih berharga dibanding hajat lima tahunan ini adalah kenyataan bahwa elite-elite NU gagal total menjaga ukhuwah Jam’iyyah maupun ukhuwah Jama’iyyah. Konsekuensinya, visi membangun perdamaian dunia yang selalu dibanggakan dan digaungkan adalah omong kosong di siang bolong.

Baca Juga:Harga Emas Pegadaian 11 Juli 2022Makan Pisang Terlalu Berlebihan?Kadar Gula Darah Anda Bisa Naik Drastis!

Rapuhnya Prinsip Kekeluargaan dalam tubuh NU ini juga merepresentasikan rapuhnya konsolidasi internal politik mereka. Seperti buih di lautan, banyak bergelombang namun berhamburan dan bercerai berai. Tidak kokoh seperti sebongkah karang, walaupun kecil tapi tahan hantaman gelombang laut. Pilpres 2024 akan menjadi batu ujian apakah warga NU memang buih di lautan yang terombang-ambing ke berbagai partai politik, ataukah bongkahan karang yang kokoh tak mudah dipecah belah. Wallahu a’lam bis shawab. (*)

*) Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.(disway)

0 Komentar