GARUT– Sedikitnya 23 warga diduga mengalami gejala keracunan makanan. 23 Warga itu dari Kampung Babakan Cigadung, Babakan Cibudug, Cibudug, Cihonje, Martimbang di Desa Sindangsari, Kecamatan Leuwigoong, Rabu petang (28/7/2021).
Warga pun kabarnya kesulitan mendapatkan perawatan karena perawat di Puskesmas Leuwigoong tidak mau menerima dengan alasan kekurangan alat medis.
Rombongan pasien itupun berupaya datang ke klinik swasta. Namun disarankan lagi untuk ke Puskesmas. Pasien pun jengkel, akhirnya rombongan pasien datang ke klinik swasta di Banyuresmi, rumah sakit di Garut bahkan ada yang berobat ke klinik swasta di Samarang.
Baca Juga:Dinas Damkar Garut Ingatkan Warga Waspada Terhadap Potensi KebakaranBanyak Istri Gugat Cerai Suami di Ciamis
Melihat kondisi semacam itu, Kades Sindangsari yang baru dilantik Denda Permana, bergerak menghubungi Kepala UPT Puskesmas Leuwigoong dr.Eli, Rabu malam (28/7). Dia meminta penjelasan terkait warga yang keracunan ditolak berobat.
Menurut Kades, ketika ada warga yang sakit ke puskesmas seharusnya bisa segera ditangani apalagi ini merupakan kejadian luar biasa. Minimal menurutnya ada penanganan awal.
dr.Eli menjelaskan, yang menolak rombongan pasien berobat ke UGD salah seorang perawat yang bertugas. Perawat itu tak berkoordinasi dengan Kepala UPT Puskesmas. Padahal rumah kontrakan dokter berdekatan dengan Puskesmas.
Di hadapan Denda Permana dan dua orang warga, Kepala Puskesmas dr.Eli pun siap memanggil perawat yang menolak warga yang diduga keracunan itu.
Setelah pertemuan dengan kades, bila masih ada warga keracunan dipersilahkan datang ke UGD untuk ditangani. Ambulans disiapkan untuk mengangkut pasien. Namun 23 warga yang keracunan makanan, sudah diobati ditangani di klinik di Banyuresmi, Tarogong dan rumah sakit swasta.
Kondisi pasien yang diduga keracunan, sebagian sudah pulih dan sebagian lagi masih menjalani perawatan.
Jumlah pasien yang keracunan makanan dan identitasnya, Kamis (29/7) didata oleh bidan desa dan rekannya. Mereka pun berupaya memantau kondisi warga keracunan yang ditangani di tempat lain.
Baca Juga:Menko Airlangga : Penelitian Sosial Penting Membantu Pemerintah Merumuskan Kebijakan di Masa PandemiPDI Perjuangan Garut Bersama Dewan Dapil 5 Kunjungi Madrasah dan Rumah yang Terbakar di Samarang
Sementara itu kronologis dugaan keracunan makanan, berawal ketika menghadiri prosesi perkawinan di salah satu rumah makan di Cibiuk. Ketika pulang ke rumah, banyak warga Babakan Cigadung dan warga lainnya muntah- muntah dan pusing. Mereka yang muntah- muntah diduga setelah menyantap makanan jeujeut hayam di lokasi hajatan.