Refleksi Beragama 01, Memahami Agama

Refleksi Beragama 01, Memahami Agama
Dr. H. Lutfi Lukman Hakim, Lc, M.H.I
0 Komentar

RADARGARUT – Rupa-rupanya menjadi muslim mayoritas di negeri Indonesia tidak berbanding lurus dengan terwujudnya ajaran Islam sebagai rahmat untuk semua (QS. al-Anbiya, 21: 107). Seharusnya ajaran Islam bisa dirasa manfaatnya bukan hanya oleh umat Islam saja, juga untuk sesama manusia, dunia hewan, lingkungan hidup, alam semesta bahkan jagat raya.

Hampir semua umat Islam sudah mengetahui berbagai aturan dan ajaran agama Islam dalam segala aspek kehidupan manusia dan juga alam semesta. Minimal pengetahuan itu didapatkan dari berbagai ceramah rutin, pengajian umum, majelis taklim, pendidikan pesantren yang kesemuanya bersumber dari ajaran agama itu sendiri.

Kalau melihat nomenklatur bahasa agama dalam al-Quran, dapat disimpulkan ada dua kategori. Pertama, pilihan agama yang diridhai Sang Pencipta. Kedua, bagaimana ‘cara beragama’ seseorang. Dari cara beragama ini, akan melahirkan sudut pandang orang terhadap agama, dan bagaimana agama memandu kehidupan seseorang.

Baca Juga:Pondok Pesantren Darussalam Kersamanah Garut Buka Kampus 2Peningkatan Traffic Internet Hari Raya Natal 2022 Sukses Diantisipasi Smartfren

Bahasan dan bahasa yang paling sering terucap dan terdengar tentang ‘cara beragama’ mengacu kepada QS. al-Taubah, 9: 122 yang biasa disebut dengan istilah Tafaqquh fiddin. Versi al-Quran terjemah Kementrian Agama, Tafaqquh fiddin diartikan dengan ‘memperdalam pengetahuan mereka tentang agama”. Di kalangan masyarakat istilah itu sering dibahasakan dengan ‘memahami agama’ atau ‘paham terhadap agama’.

Sepintas tidak ada yang salah dengan alih bahasa istilah al-Quran tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Yang menjadi persoalan adalah ketika umat Islam salah kaprah menerjemahkan istilah Tafaqquh fiddin menjadi bahasa keseharian masyarakat. Pada akhirnya orang datang, bahkan berbondong-bondong hadir ke pengajian hanya untuk sekedar memahami agama atau memperdalam agama.

Tak sedikit yang mengikuti kajian rutin, pengajian umum dalam satu minggu secara reguler. Tak sedikit pula, kecenderungan menghadirkan ajengan, ulama, dai, ustadz yang populer dan nge-trend di jagat maya dan media televisi, mengisi kegiatan majelis taklim, ceramah umum dan ceramah musiman, bahkan yang di pelosok juga ikut terbawa arus ‘transmigrasi’ dai kondang ke daerah.

Kalau dihitung secara matematis, nutrisi ajaran agama yang diterima oleh umat Islam lebih dari empat sehat lima sempurna. Dihitung berdasarkan khutbah jumat saja, per tahun 2023, ada 52 kali jumatan. Ditambah kajian bulanan 1 kali saja, ada 12 kali pengajian umum. Apalagi ditambah dengan menu sajian khusus bulan Ramadhan, minimal 30 kali kultum tarawih. Belum ditambah dengan kajian subuh, kajian dhuha, kultum buka bersama di bulan Ramadhan. Sangat kaya akan nutrisi dan gizi ajaran agama.

0 Komentar