Kisah Nunung Nurlaela Wati, Mengabdi Jadi Guru Honorer Selama 25 Tahun Hingga Diangkat Jadi ASN PPPK Garut

Nunung Nurlaela Wati, S.pd
Nunung Nurlaela Wati, S.pd
0 Komentar

GARUT – Guru, sebagai jantung pendidikan, memiliki peran sentral dalam membentuk jati diri dan karakter bangsa.

Guru juga mendapatkan gelar pahlawan tanda jasa. Hal itu bukanlah sesuatu yang muluk-muluk, melainkan gelar yang benar-benar layak mereka terima. Terutama bagi guru yang sudah lama mengabdi sebagai honorer.

Umumnya guru honorer itu hanya mendapatkan imbalan (honor) yang sangat kecil dan jauh dari kata layak. Namun banyak guru honorer yang tetap ikhlas mengabdikan diri untuk pendidikan.

Baca Juga:27 Kecamatan di Garut Melaporkan Telah Terjadi BencanaPJ Bupati Garut Hampir Tiap Hari Dapat Laporan Bencana, Begini Instruksinya Kepada SKPD

Hal itu dirasakan betul oleh Nunung Nurlaela Wati, S.Pd seorang pendidik berdedikasi di Kabupaten Garut.

Ketika ditemui Senin 04 Maret 2024 Nunung Nurlaela menceritakan perjalanan panjangnya selama 25 tahun mengabdi dalam dunia pendidikan, dari awal sebagai guru honorer hingga menjadi ASN PPPK pada tahun 2022.

Lulus dari perguruan tinggi STKIP Garut pada tahun 1995, Nunung memulai kariernya sebagai guru honorer pada tahun 1997. Pengabdiannya dimulai di SMPN 2 Selaawi, Garut, dan melibatkan peran di berbagai sekolah seperti SMPN 2 Limbangan, SMPN 1 Selaawi, hingga akhirnya di SDN Haurpanggung 1 sejak Juli 2023.

Dalam perjalanan kariernya, Nunung menghadapi tantangan besar, terutama terkait dengan jarak tempuh yang cukup jauh saat menjadi guru honorer.

“Dari Limbangan, jarak ke Jeungjing Selaawi itu cukup jauh. Kadang-kadang sepulang sekolah sore, angkot tidak ada. Jadi, kita harus menyetop mobil apa pun yang bisa membawa kita pulang dari sekolah,” ungkapnya.

Meski menghadapi keterbatasan dan tantangan, semangat pengabdian kepada profesi guru tetap menguatkan Nunung. Dalam wawancara, Ia menegaskan bahwa perjuangan sebagai guru honorer lebih mengedepankan niat tulus untuk mencerdaskan anak-anak daripada imbalan materi.

“Ketika menjadi guru honorer, kita tidak mendapatkan gaji yang cukup. Namun, karena keinginan sejak kecil ingin jadi guru, itu merupakan suatu pengabdian kepada negara,” tambahnya.

Baca Juga:PAD Dari Sektor Pajak di Garut Jumlahnya Melampaui Target, Sejak 3 Tahun TerakhirUntuk Pegawai Rumah Sakit yang Judes dan Tidak Ramah Siap-siap Dapat Sanksi dari Bupati Bandung

Nunung juga menyoroti keberhasilan banyak muridnya yang telah mencapai kesuksesan. Dalam ceritanya, Ia menekankan bahwa yang paling penting adalah melihat ilmunya benar-benar bermanfaat bagi perkembangan dan pendidikan anak-anak.

“Tentu, pada saat jadi honorer, yang dipikirkan yang penting adalah cita-citakan ingin menyukseskan, ingin mencerdaskan anak terlaksana, tanpa embel-embel apapun, yang penting ikhlas pada saat itu,” jelas Nunung.

0 Komentar