Kemendikbud: Adopsi Teknologi PJJ Harus Dipercepat

0 Komentar

GARUT– Kemendikbud mengatakan, bahwa dalam kondisi pandemi covid-19 perlu upaya untuk mempercepat adopsi teknologi pembelajaran guna memaksimalkan kualitas pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Perlu adanya upaya untuk mempercepat adopsi teknologi pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran di rumah semakin meningkat,” kata Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud, Iwan Syahril dalam pernyataannya, Jumat (26/6/2020).

Desakan itu di dasari dari hasil survei Kemendikbud secara daring terhadap 38.109 siswa dan 46.547 orang tua pada seluruh jenjang pendidikan di seluruh provinsi di Indonesia, pada 13-22 Mei 2020.

Baca Juga:Luar Biasa, 10 Jam Tayang di YouTube, Video Musik Terbaru BLACKPINK Tembus 45 juta Viewer“Amerika Banget” vs “Tiongkok Banget”

Kemendikbud juga bekerja sama dengan UNICEF dalam melakukan survei melalui layanan sms gratis terhadap 1.098 siswa dan 602 orang tua. Hasil survei, kata dia, sebanyak 96,6 persen siswa belajar sepenuhnya dari rumah.

“Ada sebuah harapan dari survei ini yang bisa kita cermati, yaitu semakin banyaknya siswa yang mulai belajar dari sumber-sumber belajar lain, seperti dari TVRI, atau dari buku, maupun sumber-sumber belajar lain,” ujarnya seperti dilansir dari FIN (Radar Priangan Group).

Lebih lanjut Iwan menjelaskan, tantangan pertama belajar di rumah yakni terkait kebiasaan. Selama ini, proses pembelajaran selalu berpusat kepada guru. Tantangan kedua, adopsi teknologi yang semakin dipercepat.

“Survei mengatakan semakin banyak guru dan siswa yang mulai menggunakan teknologi dalam melakukan pembelajaran. Percepatan itu dinilai cukup menggembirakan karena sejak lama Kemendikbud mendorong adopsi teknologi dalam pembelajaran,” terangnya.

“Dengan adanya pandemi ini, terjadi adopsi teknologi yang signifikan, mulai dari teknologi yang sederhana hingga kompleks,” imbuhnya.

Menurut Iwan, pembelajaran dari rumah oleh guru dan siswa secara interaktif saat ini yang masih terbatas, sangat dimungkinkan dengan tingginya tingkat penggunaan media sosial sebagai sarana interaksi antara guru dan siswa.

“Hal itu juga didukung dengan sudah banyaknya siswa yang menggunakan aplikasi pengelolaan pembelajaran (learning management system), khususnya untuk jenjang SMA dan SMK,” jelasnya.

Baca Juga:Peringati Hari Kontrasepsi, BKKBN Jabar Layani 40.787 AkseptorErangan Wanita Saat S*ks Adalah Pertanda Baik

Terlebih lagi, aplikasi sumber belajar daring sebagai sarana pembelajaran yang mendukung terjadinya personalisasi belajar (personalized learning) telah dimanfaatkan oleh lebih dari separuh siswa.

“Personalisasi belajar memungkinkan pengalaman belajar yang adaptif, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing anak,” ujarnya.

0 Komentar