Sahabat D-dimer

Sahabat D-dimer
disway
0 Komentar

Lalu, Covid saya pun negatif. Saya boleh meninggalkan RS. Apalagi, selama di RS saya juga tidak merasakan keluhan apa-apa. Seperti tidak terkena Covid sama sekali.

Saya pun meninggalkan RS dengan D-dimer tetap tinggi.

Di rumah, saya mencoba bermacam-macam jamu. Dari empon-empon Jawa.

Gagal.

Lalu, jamu Kalimantan.

Gagal.

Seorang teman dari Bima mengalami D-dimer tinggi. Ia minum obat yang membuat D-dimer-nya turun. Saya pun minum obat itu.

Tidak berhasil.

Ternyata teman tadi terlalu cepat memberi info ke saya. Dua hari pertama D-dimer-nya memang turun. Tapi, setelah itu ternyata naik lagi.

Baca Juga:Perempatan Jalan Cikuray Kerap Terjadi Kecelakaan, Diduga Pengendara Kurang Berhati-hatiMengejutkan! Abdee Slank Jadi Komisaris Telkom

Tapi, obat teman itu terus saya minum. Saya sudah bertanya ke dokter: apa kandungan obat tersebut. Saya juga bertanya ke apoteker. Jawabannyi sama: kandungannya persis seperti Plavix.

Ya sudah. Saya minum saja terus. Sampai satu dus itu habis. Daripada minum Plavix. Harga obat itu hanya seperempat harga Plavix. Jauh lebih hemat. Nanti saja, setelah obat murah tersebut habis, saya kembali ke Plavix. Atau terus.

Saya pun sering tersenyum sendiri: kok D-dimer saya ini keras kepala sekali.

Lalu, saya ingat suntikan di perut itu. Yang membuat D-dimer saya pernah turun dari 2.600 ke 1.500. Turun 1.000 poin itu kan banyak. Kok dulu itu dihentikan. Jangan-jangan, saya pikir, kalau diteruskan, berhasil. Yang 1.500 itu turun lagi jadi 500.

Saya pun beli obat itu. Dengan resep dokter. Suster swasta datang ke rumah. Pagi dan sore. Menyuntikkannya di perut.

Kulit perut saya pun kembali hitam-hitam.

Setelah seminggu pun saya minta diteruskan. Lebih dari 15 hitam muncul di kulit perut saya. Jelek. Biarin. Rapopo.

Hari ke-10 saya ke lab. Diam-diam saya berharap banyak dari hasil lab itu: D-dimer turun ke 500. Atau di bawah itu.

Tidak.

Memang turun, tapi masih tinggi: 1.200.

Baca Juga:Kemungkinan Koalisi PDI Perjuangan – Gerindra di 2024Jika Amandemen UUD45 Dilakukan, Pilpres 2024 Jokowi Bisa Gandeng Prabowo sebagi Wakil

Saya pun telepon ke suster itu: tidak perlu datang lagi. Suntikan dihentikan.

Dia bertanya kenapa.

Saya jawab tidak apa-apa.

Di balik tidak apa-apa itu saya gemetar. Hasil pemeriksaan lab tersebut membelalakkan mata: fungsi hati saya terganggu berat! SGOT/SGPT saya naik lima kali lipat dari normal. Ini lampu merah.

0 Komentar