Perlunya Berpolitik Praktis Demi Masa Depan

Perlunya Berpolitik Praktis Demi Masa Depan
KH Imam Jazuli Lc MA-Dok.Disway.id -Disway.id
0 Komentar

POLITIK Seandainya perilaku para politisi mencerminkan perbuatan luhur yang menjadi tumpuan harapan semua orang, citra politik praktis dan kekuasaan akan kembali positif. Inilah bisa diharapkan dari para ideolog maupun praktisi dakwah Ahlussunah Wal Jamaah (Aswaja).

Terjunnya para ideolog maupun praktisi Aswaja ke kancah politik praktis/kekuasaan, menjadi angin segar bagi rakyat, yang pada kenyataannya kerap kecewa melihat pengelolaan negara jatuh ke tangan orang-orang berideologi sekuler.

Di tangan kaum sekuler, negara diperlakukan seperti properti untuk pemuasan hasrat kekuasaan duniawi. Nilai-nilai seperti perjuangan demi rakyat hanya pemanis bibir saja. Ketika betul-betul berada di puncak kekuasaan, yang ada hanya tinggal pengkhianatan terhadap janji politik maupun harapan rakyat.

Baca Juga:Terkuak Tewasnya Brimob Asal Jambi, Bermula Aksi Pelecehan Terhadap Istri Kadiv PropamPogba Is Back! Tolak Rp 6 Miliar Per Minggu dari MU

Masalahnya sekarang, para ideolog maupun praktisi Aswaja lebih memilih menikmati zona dakwah yang nyaman; dakwah kultural. Ada benarnya dalam pidatonya, KH. Marzuki Mustamar dawuh: “kita ini sering abai urusan besar. Bila urusan negara, kita memasrahkan pada orang lain untuk mengatur dan menguasai kita”.

Ungkapan Kiai Marzuki Mustamar tersebut memang menggambarkan kenyataan sekarang. Para ideolog maupun praktisi Aswaja lebih condong membiarkan kepemimpinan politik atas negara berasal dari luar kelompok.

Hemat penulis, kepemimpinan politik atas negara ini harus diambil alih oleh kelompok Aswaja. Sebagai sebuah ideologi, Aswaja butuh diperjuangkan lewat jalur politik praktis dan politik kekuasaan. Hal ini bukan sebatas cita-cita melainkan fakta sejarah yang tidak dapat dimungkiri.

Kita bisa ambil contoh kecil. Di era klasik, Imam Ahmad bin Hambal terpaksa menjadi korban kekerasan di hadapan penguasa yang bermazhab Mu’tazilah. Demi mempertahankan ideologi Aswaja, Imam Ahmad berhadap-hadapan dengan penguasa.

Di era modern, Arab Saudi adalah negeri dengan ideologi Aswaja, karena berada di bawah kekuasaan Turki Usmani. Sejak Muhammad bin Abdul Wahhab berkolaborasi dengan keluarga Saud, Aswaja tenggelam dan digantikan oleh Wahhabi diiringi pemberontakan pada Usmaniah. Peristiwa politik kekuasaan ini di kemudian hari memicu para kiai Nusantara membentuk organisasi NU.

0 Komentar