Kesenjangan Kualitas Sistem Pengajaran antara Desa Terpencil dan Kota

Kesenjangan Kualitas Sistem Pengajaran antara Desa Terpencil dan Kota
0 Komentar

Madrasah Ibtidaiyah (SD) Darul Ulum yang terletak di pesisir pantai Desa Mawu, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima, mengalami kondisi yang memprihatinkan, menurut Liputan 6 Pagi SCTV. Sejak 2007, sekolah ini hanya memiliki bangunan semi permanen. Berlantai tanah dan dindingnya terbuat dari bambu. Hingga saat ini, para guru dan pendiri sekolah tetap teguh tanpa bantuan pemerintah. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi belajar setiap hari. Sebaliknya, guru seolah-olah hanya memiliki idealisme mereka sebagai pendidik dan tidak menerima kompensasi yang memadai sebagai penyedia pengetahuan bagi masa depan siswa mereka.

Pendidikan dapat dilakukan di mana saja, seperti yang diketahui. Namun, ada sejumlah masalah yang sering menghambat kondisi pendidikan di Indonesia, terutama di wilayah pedalaman. Pemerintah masih belum melihat banyak sekolah dan kurangnya sistem pendidikan di pedalaman Indonesia. Di kota-kota besar Indonesia, seolah-olah pemerintah hanya berkonsentrasi pada Pendidikan di perkotaan saja. Sangat menyedihkan untuk melihat bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia, khususnya di daerah pedalaman yang jauh dari kota. Kita dapat melihat kekurangan bangunan sekolah yang ada, bahkan ada bangunan sekolah yang sudah tua atau hancur, yang membuat sekolah tidak layak untuk digunakan dan membahayakan guru dan siswanya.

Menurut makna Pasal 31 UUD 1945, setiap warga negara berhak atas pendidikan tanpa kecuali. Namun, ada pendidikan yang kurang layak di Indonesia. tentang kelemahan fasilitas pendidikan di pedesaan. Di Desa Bukit Subur, Kecamatan Tabir Hilir, Merangin, Jambi, ada sebuah gubuk yang hampir hancur. Orang-orang di desa itu menyebutnya sekolah. Tiga tahun lalu, warga setempat hanya membangun gubuk untuk tempat pendidikan anak-anak mereka. Bangunan tersebut memang digunakan sebagai sekolah. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 29 Kelas Jauhnamanya, Sekolah ini tidak layak disebut sebagai sekolah. Hanya ada dua ruangan untuk kelas. Berbeda dengan sekolah umum. Ironisnya, struktur SDN 29 ini terdiri hanya dari kayu dan beberapa barang bekas. Papan yang menjadi dindingnya. Tiangnya terbuat dari kayu balok bulat yang tidak semen. Ada seng-seng bekas di atasnya, yang akan bocor jika hujan.

0 Komentar