Dua Kubu di Partai Demokrat Kembali Memanas

Dua Kubu di Partai Demokrat Kembali Memanas
0 Komentar

JAKARTA – Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB Moeldoko membuat gerah Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Yakni pernyataan adanya kecenderungan tarikan ideologis juga terlihat di tubuh Demokrat yang ditulis Moeldoko lewat Twitternya.

Secara tegas AHY meminta penjelasan KSP Moeldoko soal statemen tersebut. Putra sulung SBY ini meminta Moeldoko harus segera menjawab agar kemarahan seluruh kader dan simpatisan Demokrat tidak tersulut.

saat konferensi pers, AHY juga harus menjelaskan dengan rinci soal pernyataan pertentangan ideologi tersebut. Apalagi yang dimaksuda adalah radikalisme. AHY memastikan jika hal tersebut salah besar.

Menurutnya, Demokrat akan selalu menentang segala bentuk ideaologi radikal. “Ideologi Partai Demokrat adalah Pancasila. Kami juga menjunjung pluralisme, ini sudah final, harga mati dan tidak bisa ditawar,” tegasnya, Senin (29/3).

Baca Juga:Gemilang, Ditutup Gol dan Sentuhan Perdana dari Ezra, 3-1 Persib Gasak PersitaKartu Prakerja Dipertanyakan, Subsidi Upah Minta Dilanjutkan

AHY juga berharap jika Moeldoko mengakui jika telah tertipu oleh makelar politik dalam KLB Deli Serdang. “Pertanyaannya, beranikah Moeldoko mengakui pernah atau tertipu oleh para makelar politik,” kata AHY.

AHY menegaskan kumpulan orang-orang yang hadir dalam kongres luar biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang tidak lebih dari orang-orang yang melawan hukum.

AHY mengatakan, bagaimana mungkin Moeldoko mengakui sebagai ketua, jika KLB Deli Serdang tidak sesuai dengan konstitusi Demokrat yang sudah disahkan pemerintah pada 2020.

Menurut AHY, kader Demokrat dan masyarakat luas mempertanyakan kapasitas Moeldoko sebagai pejabat tinggi negara, mengambil keputusan secara serampangan dan gegabah, emosional dan jauh dari akal sehat.

AHY menegaskan pihaknya membuka pintu maaf kepada Moeldoko, meskipun para kader dan simpatisan demokrat sangat marah dan kecewa, yang telah membegal demokrat dan merusak demokrasi. (khf/fin)

0 Komentar