Bocah Kelas 3 SD di Garut Tak Mengenal Rasa Malu Berjualan Gorengan

Febri, Siswa Kelas 3 SD Saat Sedang Berjualan Gorengan di Komplek Pendopo, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Rabu 20 Desember 2023.
Febri, Siswa Kelas 3 SD Saat Sedang Berjualan Gorengan di Komplek Pendopo, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Rabu 20 Desember 2023.
0 Komentar

GARUT – Febri (9) bocah yang baru duduk di kelas 3 Sekolah Dasar Negeri (SDN) itu terlihat cukup berbeda dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Pasalnya, di saat teman-teman seusianya hanya belajar dan bermain, ia justru harus berkeliling mencari pembeli dengan berjualan gorengan seperti Combro, Goreng Ubi, dan juga Onde-onde.

Febri, anak ke-5 dari 7 bersaudara itu mengatakan, bahwa ia berjualan tersebut dimulai sejak dirinya masih duduk di kelas 1 SD.

Baca Juga:Paragon Corp Menggelar Festival Anak Hebat di Garut, Dihadiri Anak Berkebutuhan KhususAnak Bangsa Harus Dijaga dari Bahaya Narkoba, SKPD Garut Diharapkan Aktif Berperan

“Dari kelas 1 juga sudah jualan, dulu mah ada cireng juga. Ini yang bikin nenek saya. Nanti mah kata nenek mau sambil jualan krupuk juga,” Ujar Febri, saat sedang berjualan di halaman Pendopo, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Rabu 20 Desember 2023.

Bocah yang mengaku tinggal di Paledang Kecamatan Garut kota tersebut mengungkapkan, ia berjualan atas keinginanya sendiri. Artinya, tidak dipaksa oleh siapapun juga.

“Keinginan sendiri kalau jualan ini, tidak ada yang nyuruh. Ibu saya juga kadang tidak taju kalau saya lagi jualan, yang tau itu hanya nenek saya,” ungkapnya.

Menurutnya, gorengan yang ia dagangkan itu buatan dari neneknya. “Ini punya nenek saya, ada yang di simpan di warung-warung juga, kalau ini saya yang mau, saya yang bilang ke nenek kalau saya ingin berjualan,” ujarnya.

Febri, dengan percaya diri mengatakan, bahwa ia tidak pernah merasa malu ketika sedang berjualan harus bertemu dengan teman-teman sekolah atau teman di rumahnya.

“Tidak malu, sering ketemu (teman) waktu jualan. Kan saya jualanya waktu pulang sekolah, tapi kalau libur sekolah jualan dari pagi. Kalau ketemu (teman) suka di panggil bandar gorengan, saya tidak malu ko,” katanya.

Ia menambahkan, jika daganganya habis 100 biji maka dirinya mendapatkan upah uang sebesar Rp. 20.000, dan dari upah tersebut kadang suka dibelikan beras untuk dibawa ke rumah.

Baca Juga:Puluhan Pelatih Sepakbola di Garut Mendapatkan Sertifikat Lisensi D NasionalKasat Reskrim Polres Garut Ingatkan Kades Kelola Dana Desa dengan Baik dan Tahu Batasan di Pemilu

“Kadang 20 kadang 30, kumaha seepna weh. Pokoknamah mun seep 100 abi dipasihan ku nenek 20 rebu. Artosna jang abi weh, jang jajan kadang sok di peserkeun kanggo beas dicandak ka bumi kitu,” pungkasnya. (Ale)

0 Komentar