Apakah memang kasus money politic di kita itu emang sedikit, atau pelaku sulit ditemukan oleh pihak berwenang? Atau ada alasan lainnya? Nah ini yang menjadi pertanyaan besar kita hari ini.
Jika mencoba bertanya ke masyarakat sekitar kita tentang politik uang di tahun Pemilu, sepertinya beberapa dari mereka sudah tidak terlalu kaget atau tidak asing dengan urusan itu. Coba deh kalau tidak percaya, anda ngobrol sama beberapa pedagang, ngobrol sama sopir angkot, ngobrol sama tetangga, “gimana serangan fajar kemarin?”
Mungkin bagi Sebagian lainnya, politik uang terkesan menjadi suatu hal yang lumrah terjadi ketika Pemilu, karena beberapa faktor mulai dari minimnya literasi politik, rendahnya kepedulian, tidak takut dosa, kurang mengerti aturan, atau alasan lainnya. Padahal politik uang ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai etik, moral bahkan konstitusi.
Baca Juga:5 Cara Menyehatkan Rambut Gratis, Efektif, Tanpa Ribet dan Manjur, Uban Menghilang di Usia MudaNonton Youtube Bisa Cuan Saldo DANA Rp30 Ribu dengan Aplikasi Penghasil Uang
Jauh dari itu dampaknya, tentu merusak kualitas demokrasi kita yang seharusnya Luber Jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil) bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, toh mereka yang dipilih dan terpilih nanti akan memperjuangkan hak-hak rakyat. Jangan sampai modal besar untuk komunikasi politik “uang” tadi, diganti dengan uang rakyat melalui cara tidak benar alias korupsi!.
Jika dilihat dari kajian bidang ilmu komunikasi, aktivitas ini juga punya irisan antara kegiatan komunikasi politik dan politik uang, sehingga fenomena sebaran amplop, atau serangan fajar, atau isitilah lainnya yakni money politic seolah menjadi bagian sarana penunjang komunikasi beberapa politisi dengan rakyat.
Melihat beberapa kasus belakangan ini ramai diperbincangkan di beberapa pemberitaan media, tidak jarang oknum kandidat menyisihkan amplop seusai kunjungan atau kampanye di Dapilnya, ada pakai stiker bergambar caleg, nomor urut dan partai tertentu, ada juga cukup diucapkan saja yang penting ia dipilih, dan macam-macam cara hingga mungkin ada cara lainnya lebih canggih dan kita belum tahu, bisa saja kan? Apalagi teknologi informasi semakin maju, apapun mungkin saja saja bisa dimanfaatkan. Padahal tidak selalu politik uang itu sejalan dengan hasil yang diharapkan, nyatanya banyak juga caleg stres, marah-marah karena sudah keluar uang banyak tapi perolehan suara tidak signifikan.