GARUT – Kegiatan belajar melalui dalam jaringan (daring) selama Pandemi Covid-19 menjadi alternatif bagi mayoritas pelaksana pendidikan, termasuk di Kabupaten Garut. Dengan begitu, menjadi alternatif bagi siswa untuk tetap bisa belajar dengan menggunakan smartphone atau komputer melalui jaringan internet, meski dari rumah.
Namun, berbeda kondisinya dengan para siswa yang berada di wilayah blankspot atau daerah yang belum tersentuh atau tidak dilingkupi sinyal komunikasi, termasuk internet.
Salah seorang mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta di Kabupaten Garut asal Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut, Yoga Nugraha (22) mengungkapkan, ketika agenda perkuliahan dilakukan secara virtual karena Pandemi Covid-19, dirinya yang saat ini berada di daerah blankspot lebih sering ketinggalan belajar karena tidak bisa mendapat akses internet.
Baca Juga:Bahas Nasib Petani, KAMMI Garut Diskusi dengan PKS, Kadistan juga AkademisiPDI Perjuangan Garut Berbagi Sembako dan Makanan Siap Saji ke Warga yang Isoman di Leles
“Semenjak diberlakukan kuliah secara virtual, karena di daerah saya (Kecamatan Banjarwangi, red) susah jaringan, jadi ketika belajar secara daring saya lebih banyak ketinggalannya. Sehingga penyediaan jaringan internet kita sangat harapkan karena sekarang sepertinya belajar masih dilakukan secara online,” katanya.
Hal senada diungkapkan Dian (30) seorang guru SMP Swasta di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut. Menurutnya, beberapa kendala para siswa dalam mengikuti kegiatan belajar secara daring karena kurang tertunjangnya fasilitas. Mulai dari ketersediaan smartphone atau komputer, kuota internet hingga jaringan internet itu sendiri.
“Para guru harus bekerja ekstra, selain memotivasi anak untuk belajar dengan kualitas pendidikan terbaik, kita pun harus bisa memberikan alternatif jika ada anak yang memiliki kendala belajar. Karena di daerah Cisurupan ini kan ada beberapa titik yang memang lemah jaringan internetnya, untuk digunakan zoom meeting atau mendownload video itu kurang mendukung, sehingga itu cukup menganggu belajar,” katanya.
Selama ini memang dirasa cukup sulit untuk mewujudkan pendidikan yang benar-benar berkualitas, mulai dari cara menyampaikan materi dan penerimaan materi dari para siswa sendiri terbatas dengan kondisi saat ini yang tidak bisa belajar secara tatap muka.
“Kalau sebelum PPKM Darurat, kita kadang ada kunjungan ke rumah siswa yang memang benar-benar perlu dibantu, disana diberikan pengarahan dan beberapa materi pelajaran yang sempat ketinggalan. Tapi sekarang kan berbeda,” pungkasnya.