RadarPriangan.com, GARUT – Pengakuan mengejutkan dan sulit diterima logika, dilontarkan Sutarman alias Cakraningrat terkait titel mentereng di depan dan belakang namanya.
Sutarman, Ketua dari Paguyuban Tunggal Rahayu itu menyebut bahwa sejumlah titelnya, mulai dari Profesor, Doktor, Insinyur, hingga Sarjana Hukum diberikan langsung oleh Ir Soekarno dan Bung Hatta.
Untuk pendidikan formal, ia bersekolah hingga tingkat SMA, namun setelahnya ia kuliah di alam. Selama di alam itu, ia mengaku langsung melakukan kuliah kerja nyata.
Baca Juga:Limbah Kulit Bocor dan Menyembur ke Pemukiman WargaLawan Garut Selection, Timnas Pelajar U-16 Menang 3-0
“Saya sekolah, dari kalau secara lahiriah, terbuka, keluaran aliyah saya. Tahun 1996 saya dikuliahkan secara kerja nyata oleh orang tua daripada perintis NKRI sampai beres-beres kemarin 2017. Sekolahnya di alam saja, bukan di universitas. Diberi gelar oleh yang memegang ini, wasiat dan amanat ini. Itu pendiri NKRI, perintis NKRI, termasuk bung Karno, termasuk lagi pak Hatta, termasuk banyaklah, banyak catatan di rumah,” ujarnya.
Terkait perkuliahan di alam yang ia lakukan itu, Sutarman mengaku siap membuka semuanya. “Jadi kalau nanti mau dibuka, buka nanti tatanan ini,” ucapnya.
Adapun soal pencetakan uang, Cakraningrat alias Sutarman menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya itu adalah untuk membangkitkan sejarah. Ia pun mengaku, dirinya memang mencetak sejumlah uang tempo dulu menggunakan printer.
Walau begitu, Sutarman tidak mengaku telah mencetak uang pecahan Rp 100 ribu walaupun satu lembar.
“Kalau uang yang 100 tidak pernah saya cetak satu lembar pun, saya tidak pernah mengambil. Yang dipakai oleh pemerintah itu, gak pernah saya, sebab itu masuknya penipuan nanti,” jelasnya.
Ia mengaku memiliki data perjanjian awal terkait pembuatan uang tempo dulu yang ia cetak kemudian. Oleh karena itu, Sutarman pun kemudian mencetak uang tersebut untuk membangkitkan asal usul pembuatan uang tersebut.
“Kalau itu saya membongkar dari perjanjian awal kenapa beliau-beliau membuatkan uang itu, kan itu. Asal usulnya dari mana, sejarahnya dari mana, kronologinya seperti apa,historisnya seperti apa, kan begitu. Jadi ini banyak yang tidak tahu sejarah,” tutupnya. (igo/RP)