Tradisi Nadran Sebelum Bulan Puasa, Serta Keutamaannya

Tradisi Nadran Sebelum Bulan Puasa, Serta Keutamaannya (foto pinterest)
Tradisi Nadran Sebelum Bulan Puasa, Serta Keutamaannya (foto pinterest)
0 Komentar

RADAR GARUT – Tradisi Nadran untuk menyambut bulan suci ini, banyak masyarakat di daerahnya yang mengikuti tradisi yang diyakini membawa keberuntungan atau berkah lebih, seperti yang dilakukan masyarakat Sunda di sekitar Bandung, yaitu tradisi “nadra” yang dilakukan sebelum dan sesudah awal Ramadhan.

Umat ​​Islam Sunda biasanya melakukan nadra saat muploadan, yaitu untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, yang dilakukan pada akhir bulan Sya’ban (satu atau dua hari sebelum bulan Ramadhan) dan akhir bulan Ramadhan. Ramadan atau Idul Fitri.

Bentuk pelaksanaannya bermacam-macam, biasanya masyarakat yang tinggal di luar negeri pulang kampung untuk berkumpul kembali dengan keluarga dan kerabat.

Baca Juga:Playlist Lagu yang Cocok Saat BerkendaraThe Glory 2 Episode 15, Yeon Jin Menandatangai Surat Cerai Dari Do Young

Tujuan dari tradisi Nadran ini adalah untuk mengirimkan doa kepada orang tua atau keluarga kita yang telah meninggal.

Di daerah Cirebon, nadran adalah upacara adat para nelayan di pantai utara Jawa untuk mengungkapkan rasa syukur atas ikan yang mereka tangkap, berharap hasil tangkapan meningkat di tahun mendatang, dan berdoa agar tidak hilang.

Mencari nafkah Di daerah Bandung, nadra dilakukan dengan mengunjungi kuburan atau “nyekarin”, yaitu. mengirim doa langsung mengunjungi kuburan.

Selain mengirimkan doa, tradisi ini juga digunakan untuk merawat dan membersihkan kuburan dengan menaburkan bunga dan wewangian di sekitar kuburan.

Baca artikel Radar Garut lainnya di Google Berita

Kenapa harus melakukan Nadran?

Nadran atau Ziarah kubur merupakan salah satu tradisi penting dalam budaya Sunda. Dalam budaya Sunda, Ziarah kubur ini memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Sunda, karena diyakini bahwa melalui ziarah kubur, orang yang telah meninggal dapat dihormati dan diingat, serta doa-doa dapat dipanjatkan untuk kebaikan mereka di akhirat.

  1. Membersihkan dan merapikan makam: Sebelum memulai ziarah, keluarga atau kerabat yang hadir biasanya membersihkan dan merapikan makam dengan cara memotong rumput, menyiram bunga, atau membersihkan batu nisan.
  2. Menghias makam dengan sesaji: Selanjutnya, keluarga atau kerabat yang hadir biasanya meletakkan sesaji atau persembahan makanan dan minuman di atas makam sebagai bentuk penghormatan dan doa kepada leluhur.
  3. Mengadakan doa dan upacara adat: Setelah makam dibersihkan dan dihiasi, biasanya diadakan doa dan upacara adat yang dipimpin oleh seorang penghulu atau pemuka agama. Doa dan upacara ini diadakan untuk memohon berkah dan perlindungan dari leluhur serta untuk menunjukkan rasa syukur dan penghormatan.
  4. Mengadakan acara keluarga: Setelah upacara selesai, keluarga atau kerabat yang hadir biasanya mengadakan acara keluarga, seperti makan botram (munggahan)
0 Komentar