GARUT – Sekretaris Dinas Kesehatan (Sekdis Dinkes) Kabupaten Garut, dr. Hj. Leli Yuliani menyampaikan, bahwa Difteri itu sama bahayanya dengan covid-19. Betulkah?
Menurut Leli, sampai sekarang ini daerah yang terkonfirmasi positif adanya kasus difteri hanya Desa Sukahurip di Kecamatan Pangatikan. Namun ada juga dua orang warga di Kecamatan Tarogong Kaler, tetapi itu masih dalam proses pemeriksaan.
Leli menyampaikan, sampai Selasa (21/2) warga yang positif 2 orang, usianya 7 tahun dan 19 tahun. Sekarang ini sudah diisolasi di rumah.
Baca Juga:Wagub Uu Apresiasi Hasil Produk TEFA SMK Muhammadiyah 4 CileungsiOptimisme 2023! Simak Faktor Pendorong Keberlanjutan Kinerja Impresif BRI
“Tetapi hari ini, Rabu (22/02) ada laporan lagi yang positif tambah 3 menjadi 5 orang. Hal itu berdasarkan informasi dari hasil Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) provinsi “ungkap Leli kepada wartawan saat ditemui di kantornya.
Kemudian yang dirawat di rumah sakit dr. Slamet Garut ada 3 orang itu pun yang dinyatakan suspek (diduga bergejala). Sedangkan yang kontak erat ada 55 orang, usianya kebanyakan 15 tahun kebawah.
“Nah sekarang kami sedang fokus mengawasi yang kontak erat tersebut. ” ujar Leli.
Menurut Leli, pada hari Senin depan akan dilakukan ORI (Outbreak Response Immunization) artinya imunisasi yang dilakukan karena adanya suatu KLB.
Untuk sementara ini yang suspek dan kontak erat sedang melakukan isolasi mandiri di rumahnya masing-masing.
Sementara untuk jaminan hidup yang diisolasi, dinas kesehatan sudah memberikan bantuan kepada 7 kepala keluarga berupa sembako, seperti beras, telor, minyak, mie, susu dan lainnya.
Sampai saat ini sudah sekitar 72 orang telah di periksa, khususnya kepada yang terkontak erat hasilnya ada 2 orang yang positif. Sisanya negatif.
Baca Juga:Cara Menggunakan Krim Kelly Agar Cepat PutihKabupaten Kota dengan Angka Rata-rata Lama Sekolah Terendah di Jabar, Garut Posisi Berapa?
“Sampai saat ini pemeriksaan hasil tes terduga difteri di lakukan di Bandung, hasil dari pemeriksaan tersebut akan keluar sekitar 2-3 hari,” Ucapnya
Leli menjelaskan, secara umum KLB sebetulnya bisa terjadi apabila ditemukan atau munculnya suatu penyakit yang sudah lama tidak muncul dan tiba-tiba muncul kembali. Atau misalnya dengan adanya peningkatan kasus dalam kurun waktu yang berturut-turut, jumlah peningkatan kasus menjadi 2 atau 3 kali lipat dan juga dengan adanya kasus yang meninggal. Nah itu bisa di katakan KLB.
“Tiap kasus itu berbagai macam untuk bisa dikatakan KLB, tapi khusus untuk difteri apabila ketika ada 1 kasus positif yang muncul bisa di sebut KLB, meskipun tidak ada yang meninggal dunia,” Ujarnya.