Pendatang Baru Punya PR Besar Jika Mau Menang Pilkada Garut, Muka Lama Lebih Diuntungkan

Sosiolog asal Garut Dr. Heri Mohamad Tohari saat menjadi narasumber dalam Podacst Radar Garut dengan tema Politik Garut Jadi Miniatur Pusat.
0 Komentar

RADAR GARUT – Empat bulan menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada tahun 2024 sejumlah bakal calon dan partai mulai memanaskan mesin politiknya. 

Banyak indikator yang menjadi faktor menang maupun kalah dari kandidat yang maju pada pertarungan politik setiap lima tahun sekali tersebut.

Sosiolog sekaligus Akademisi asal Garut Heri Mohamad Tohari melihat Kabupaten Garut memiliki topografi yang unik sehingga banyak faktor penentu jika kandidat mau menang pada pertarungan nantinya.

Baca Juga:Dadan Hidayatullah Dorong Pemerintah Lebih Berpihak dan Sejahterakan HonorerB-Universe dan Disway Sepakati Kerja Sama, Proyeksikan Bangun 400 Media Network

Menurutnya, topografi Garut sangat berpengaruh terhadap kecenderungan warga dalam memilih kandidat, termasuk calon Bupati dan Wakil Bupati Garut.

Kabupaten Garut yang dikelilingi Gunung Hutan Rimba Laut dan Sungai menjadi faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam memilih pemimpin.

Menurutnya, kendati hari ini mayoritas masyarakat Garut melek teknologi, memakai Gadget dan aktif di media baru, namun dengan topografi seperti Garut hal itu tidak serta memberikan jalan mulus bagi orang-orang yang hendak berkompetisi.

“Ada satu calon muda dan dia secara popularitas budayanta pop bagus di Instagram dan lainnya, cuman coba lihat surveinya nol koma sekian persen,” ujarnya yang merupakan lulusan Doktor Sosiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) tersebut dalam Podcast Radar Garut dengan tema Politik Garut Jadi Miniatur Pusat dalam program Ngomongkeun Politik beberapa waktu lalu.

Ia melihat untuk para pendatang baru di kanca Pilkada Garut tentu bukanlah menjadi hal mudah, di tengah tantangan secara topografi dan demografi para kandidat harus meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya.

“Kalau mau populer di Garut, dalam perspektif Sosiologi Politik (para kandidat) harus ada investasi sosial yang panjang, tidak bisa mendadak. Jadi yang paling efektif dan punya investasi sosial adalah yang blusukan dan bertemu banyak masyarakat, yang mana itu capek dan membutuhkan banyak tenaga dan sumber daya,” katanya.

Ketika berbicara peran media sosial dalam peranan pemenangan Pemilu, ia melihat mungkin cara tersebut bisa berpengaruh terhadap segmentasi tertentu misalnya milenial dan orang yang aktif di media sosial, namun itu juga belum cukup apabila anak-anak sekarang tentu juga ada yang kritis.

0 Komentar