Penanganan Pandemi Covid-19 Harus Terintegrasi

Penanganan Pandemi Covid-19 Harus Terintegrasi
0 Komentar

GARUT – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat Ahab Sihabudin berharap penanganan pandemic covid-19 bisa dilakukan dengan melalui kajian scientist. Hal tersebut perlu dilakukan sangkan bisa melahirkan langkah antisipasi yang strategis, tepat dan terintegrasi.

“(Penyelesaian pandemic covid-19, red) harus betul-betul di dalam langkah-langkah, sehingga antisipasinya itu memiliki strategi yang tepat dan terintegrasi, bukan sekedrar kita menyelesaikan pandemic, tetapi bagaimana juga menjaga daya beli masyarakat, menjaga pertumbuhan ekonomi dan lainnya termasuk masalah pendidikan, betul betul sangat terbengkalai pendidian itu,” kata Ahab.

Ahab menilai, langkah-langkah yang dilakukan sekarang itu hampir dilakukan tidak terintegrasi. Politisi PKS tersebut mengandaikan, jika karakteristik Covid-19 benar-benar dipahami, maka langkah kebijakan strategis dan tertintegrasi dalam penanganannya diyakininya bisa lebih efektif.

Baca Juga:Musim Kemarau, Warga Panyingkiran Bersihkan Sungai untuk Mandi Cuci KakusBantu Pemerintah Tangani Covid-19, Nasdem Garut Buka Sentra Vaksinasi

“Kalau senadainya kita memahami bagaimana karaktristik virus ini, kita kan akan jelas melakukan strategi menanganinya, tidak hanya jiwa tapi juga menjaga hal lainnya, bagaimana menjaga pendidikannya, penanggulangan rumah sakit, klinik, puskesmas untuk menanggulangi wabah penyakit ini, artinya terintegrasi mengenai hal yang dapat merusak tatanan masyarakat (dalam meneyelesaikannya, red)” katanya.

Ia mencontohkan bagaimana wilayah yang dalam persentase kasus covid-19 lebih kecil antara jumlah penduduk dan kasusnya dibandingkan dengan wilayah padat penduduk sehingga persentase dampak kasusnya juga cukup besar, itu disamaratakan.

“Kalau kita memahami karakteristik covid-19 ini, kita akan melakukan kebijakan-kebijakan berbeda. Misalnya daerah padat penduduk dengan daerah penduduk tidak padat, dan realitasinya baru saja saya ke singajaya kan sedikit disana yang terkena dibandingkan dengan persentase penduduk. Di Singajaya ada 7 orang, tidak terlalu banyak, tidak ada resiko yang sampai dirawat, adapun yang meninggal itu orang luar singajaya dan cuman dimakamkannya di Singajaya. Jadi bagaimana kebijakannya di wilayah penduduk jarang kasus jarang, sehingga roda kehidupan bisa berjalan dengan baik,” katanya.

Ahab meminta, jangan sampai kebijakan pemerintah juga berdampak pada pihak yang memang seharusnya bisa diberikan dengan kebijakan yang lain, tanpa mengganggu aktivitas pendidikan, ekonomi, dan penanganan kesehatannya.

“Jangan sampai kemarin yang tidak kena musibah juga kerepotan, jadi korannya kan bukan yang kena penyakit saja tetapi yang usaha juga, sementara pembagian bansos tidak merata dan tidak adil, ada yang dapat banyak ada yang membutuhkan belum terperhatikan, sehingga ini penanganannya tidak terintegrasi,” pungkasnya. (*)

0 Komentar