Pasca Banjir, Kades di Bayongbong Kecewa dengan PUPR, Sudah Sering Diminta Normalisasi Irigasi Tapi Nihil

Kades Panembong menunjukkan lokasi irigasi yang terjdi penyempitan dan pendangkalan
Kades Panembong menunjukkan lokasi irigasi yang terjdi penyempitan dan pendangkalan. Sampai sekarang tidak ada respon dari Dinas PUPR
0 Komentar

GARUT – Banjir yang merendam jalan raya Bayongbong di wilayah Desa Panembong, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, sudah berulang terjadi. Banjir yang terjadi kemarin (29/3) adalah yang kesekian kalinya.

Rupanya bukan hanya di jalan raya Bayongbong saja, namun sejumlah desa yang berdekatan juga dilanda banjir sampai ke pemukiman warga.

Hal itu terjadi disinyalir karena terjadi penyempitan dan pendangkalan saluran irigasi yang membentang di beberapa desa di Kecamatan Bayongbong.

Baca Juga:PSSI Askab Garut Akan Gelar Turnamen Usia MudaKapolsek Bayongbong Kerahkan Tim, Bantu Evakuasi Rumah Warga Pasca Longsor

Sejumlah Kades di Kecamatan Bayongbong pun merasa kecewa dengan Dinas PUPR Garut yang terkesan abai terhadap seruan mereka. Pasalnya sudah beberapa kali permintaan normalisasi (pengerukan) irigasi, namun tidak ada respon dari Dinas PUPR.

Hal itu disampaikan oleh Kades Panembong, Kecamatan Bayongbong, Yanto Kriswanto saat diwawancarai di lokasi irigasi, Kamis 30 Maret 2023.

” Ya banjir ini sudah yang keenam kalinya di Panembong, itu terjadi manakala hujan lebat dan manakala debit air tinggi. Sementara kondisi saluran air sampai dengan saat ini belum ada pengerukan. Mungkin tahun berapa terjadi pengerukan itu, tapi sampai sekarang belum ada,” ujarnya.

Yanto menduga bahwa penyebab utama banjir ini memang karena pendangkalan dan penyempitan irigasi. Volume air yang tinggi tidak tersalurkan dengan maksimal karena irigasinya terjadi pendangkalan dan penyempitan.

Akibatnya kata Yanto air meluap dan membanjiri jalan raya Bayongbong juga ke rumah warga dan menyebabkan kerusakan sarana umum masyarakat bahkan lahan pertanian.

” Ya lebih cenderung ke sana (pendangkalan), karena posisinya ketika saluran air ini yang seyogyanya mungkin harus 6 meter, ini hanya tersisa 2 meter. Sementara kapasitas air itu terbiasa dengan saluran besar,” ujar Yanto.

Yanto menyebut bahwa pihaknya sudah berulang kali berkoordinasi dengan PUPR agar dilakukan normalisasi, namun tampaknya tidak ada rasa kepekaan yang ditunjukkan PUPR. Sampai sekarang belum ada program normalisasi irigasi tersebut.

Baca Juga:Ridwan Kamil Dorong Industri Film di Jawa Barat Jadi Sumber Ekonomi dan Diplomasi BudayaJalan Raya Bayongbong Direndam Banjir, Arus Lalu Lintas Sempat Macet

Menurut Yanto, jika memang Dinas PUPR memang sudah mati rasa kepekaannya, maka pihak desa siap saja terjun bersama masyarakat untuk melakukan normalisasi. Tapi menurutnya, normalisasi ini tentunya memerlukan peralatan berat dan tidak bisa dilakukan secara manual.

0 Komentar