[OPINI] Jangan Malas Lakukan Komunikasi Politik

Ilustrasi
Ilustrasi
0 Komentar

Untuk itu tentu perlu juga dukungan sosial sebagai gerbang para kandidat bisa diterima masyarakat. Hari ini memang sudah menjadi kebiasaan bahwa tidak ada “makan siang gratis”, artinya mengumpulkan banyak orang, atau menyampaikan pesan kepada khalayak tentu memerlukan usaha dan juga modal untuk mendukung urusan logistik dan operasional lainnya agar masyarakat bisa berkumpul dan menyuarakan dukungan, publisitas, dan hal lainnya. Maka faktor finansial menjadi urusan penting lainnya yang perlu dimiliki kandidat.

Jika melihat situasi hari ini, tentu masih realistis akan rumus energi marketing ala Yuswohady tentang energi marketing E=wMC2 Dimana E : energi marketing yang dahsyat sedahsyat bom nuklir, wM : word of mouth atau rekomendasi pelanggan, dan C2 : customer community baik online maupun offline.

Dalam jurnal yang pernah saya tulis dan terbit di Jurnal Commed, dengan judul Strategi Kampanye Petahana di Daerah Rentan Kalah menggambarkan bahwa Garut ini memang menjadi daerah yang sangat kompleks, dimana masyarkat Garut lebih kritis dan terkadang “bosenan” jika pemimpinnya selama menjabat kinerjanya biasa-biasa saja, sehingga pada sejarahnya hanya satu pasangan calon yang berhasil Kembali terpilih sebagai incumbent Bupati dan Wakil Bupati Garut, yakni Rudy Gunawan dan Helmi Budiman. Nah Pilkada ini ada wajah lama dan baru, keduanya punya kans untuk menang, tinggal bagaimana mereka Menyusun strategi untuk menang di daerah yang sangat kompleks ini.

Baca Juga:Berkontribusi Besar dalam Gerakan Pramuka, Helmi Budiman Dapat Penghargaan TertinggiRekomendasi Parfum Yang Wangi Tahan Lama untuk Cewek

Dengan kompleksitas yang ada, tidak ada saluran yang dominan sebagai mediator penyampai pesan. Di daerah perkotaan dan anak muda mungkin bisa memakai media baru seperti Instagram, tiktok, YouTube, Facebook, website dan sebagainya untuk mengeruk suara geberasi muda. Namun tentu tidak serta merta bisa sama dengan masyarakat di desa yang hidup di pesawahan, pegunungan, ataupun pesisir. Maka komunikasi tatap muka tentu masih sangat penting dilakukan, dan kandidat harus bisa mengakses dan mengkonversi mayoritas elektoral di 42 Kecamatan.

Sehingga kandidat tentu tidak boleh malas untuk melakukan kegiatan komunikasi politik, baik itu dalam bentuk retorika politik, agitasi politik, propaganda politik, Public Relations politik, kampanye politik, lobi-lobi politik hingga pola tindakan politik.

0 Komentar