Menguak Pesan Visual dari Pose Foto Kampanye Calon Kepala Daerah

istimewa
M. Surya Gumilang, M.Hum.
0 Komentar

Sekarang, mari kita lihat satu contoh yang sering digunakan: calon kepala daerah berpose dengan tangan di dada. Ini mungkin terlihat simpel, tapi pose ini penuh makna. Tangan di dada sering kali menunjukkan kepercayaan diri dan integritas, seolah mengatakan, “Saya berkomitmen untuk melayani dengan hati”.

Ini adalah bentuk isyarat yang secara visual menguatkan pesan moral mereka bahwa mereka bukan hanya berbicara, tapi benar-benar berkomitmen untuk melayani masyarakat.

Lalu bagaimana dengan pilihan warna dan pakaian? Jangan anggap remeh. Warna pakaian yang mereka kenakan juga bisa menjadi simbol. Warna biru, misalnya, sering dikaitkan dengan stabilitas dan ketenangan, sementara warna merah bisa mencerminkan semangat dan keberanian.

Baca Juga:Rutan Garut Hadiri Sosialisasi Survei Penilaian Integritas KPK di Kemenkumham Secara VirtualSANTRI sebut Nomor Urut 2 di Pilkada Garut Simbol Kemenangan dan Cinta

Jadi, ketika calon kepala daerah memilih pakaian dengan warna tertentu, mereka tidak hanya memilih berdasarkan selera, tapi juga berdasarkan pesan psikologis yang ingin mereka sampaikan. Bahkan, terkadang, pakaian yang lebih kasual bisa menunjukkan bahwa mereka ingin dilihat sebagai sosok yang merakyat dan tidak terpisah dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

Semua ini menunjukkan bahwa pose dan tampilan visual dalam poster kampanye sebenarnya adalah strategi komunikasi yang sangat terencana. Mereka ingin mempengaruhi cara kita melihat mereka, bagaimana kita merasakan keberadaan mereka sebagai calon pemimpin.

Dengan memahami bahasa visual ini, kita bisa lebih kritis dalam menilai apakah pesan yang ingin mereka sampaikan sesuai dengan harapan dan kebutuhan kita sebagai masyarakat.

Namun, di balik semua makna visual yang mereka sampaikan, ada hal lain yang juga penting: bagaimana poster-poster tersebut ditempatkan. Apakah pernah Anda merasa terganggu dengan poster kampanye yang dipasang sembarangan?

Mungkin di tiang listrik, menutupi rambu lalu lintas, atau bahkan di pepohonan. Meski pesan visualnya kuat, cara pemasangannya yang tidak bijaksana justru bisa mengundang kritik. Poster yang merusak fasilitas umum atau lingkungan malah menimbulkan kesan negatif.

Bukankah calon kepala daerah yang peduli harusnya juga peduli terhadap lingkungan dan fasilitas sosial yang kita gunakan bersama? Pemasangan poster yang sembarangan ini sering kali justru merusak citra calon itu sendiri. (*)

0 Komentar