Mayoritas Hutan Mangrove di Pantura Jabar Rusak, Dinas Lingkungan Hidup Jabar Lakukan Restorasi Ekosistem

Mayoritas Hutan Mangrove di Pantura Jabar Rusak, Dinas Lingkungan Hidup Jabar Lakukan Restorasi Ekosistem
Keterangan Foto : Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Prima Mayaningtyas saat memberikan pemaparan pada acara Forum Group Discussion Restorasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Utara, di Kantor DLH Jabar, Selasa (21/6/2022). (Foto : Istimewa)
0 Komentar

 

BANDUNG – Mayoritas hutan mangrove saat ini kondisinya sudah rusak dan bisa menyebabkan ancaman abrasi ke sejumlah wilayah. Untuk mengantisipasi dampak tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat beserta stakeholder melakukan langkah strategis.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Prima Mayaningtyas mengatakan jumlah hutan mangrove di wilayah pantura Jawa Barat mencapai 43.000 hektar.

Lanjutnya, berdasarkan data yang dihimpun Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, dari luasan hutan mangrove di wilayah Pantura Jawa Barat, sekira 90 persen kondisinya rusak.

Baca Juga:Anggota DPRD Jabar Mendorong Agar Lulusan SMA-SMK Meningkatkan Kualitas dan Berdaya SaingDadan Hidayatullah Dorong PPDB di Jabar Bisa Lebih Berkualitas

“Itu di luas (total) 43 ribu hektare itu 90 persennya sudah rusak. Itu ada wilayah Indramayu, Subang, Karawang dan Cirebon (Kawasan Pantai Utara Jawa Barat, red),” kata Prima Mayaningtyas kepada wartawan usai membuka acara Forum Group Discussion Restorasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Utara, di Kantor DLH Jabar, Selasa (21/6/2022).

Untuk itu, sebagai upaya restorasi ekosistem mangrove tersebut, perlu kesadaran semua pihak agar kerusakan dan potensi abrasi bisa dicegah.

Ia menambahkan, kerusakan hutan mangrove di kawasan pantura Jabar menunjukkan benar-benar terjadinya perubahan iklim.

Data tersebut diperkuat dengan beberapa titik di kawasan pesisir Kabupaten Indramayu mulai terdampak abrasi akibat kerusakan mangrove.

Lanjutnya, perubahan iklim ada lima sektor emisi membuat efek gas emisi rumah kaca semakin besar dampaknya ke Bumi.

“Akan ada perubahan iklim yang besar baik dari sisi energi pertanian, kehutanan hingga limbah domestik. Karena efek dari gas rumah kaca yang membuat permukaan air menjadi tinggi dan pumping yang kita ambil dari air bawah tanah semakin tinggi. Sehingga green belt mangrove tak lagi bisa menahan akar disamping ekspolitasi juga terjadi di wilayah mangrove,” ujarnya.

DLH Jabar juga mencatat kasus degradasi habitat mangrove di wilayah Jawa Barat mencapai 61 persen. Sementara itu, kerusakan terumbu karang mencapai 44 persen.

Baca Juga:Cegah PMK Meluas, Pemerintah Percepat Vaksinasi dan Pemberian Obat Untuk Hewan TernakBantuan dari Kuwait Terus Mengalir Meski Pandemi

Melihat kondisi tersebut, Prima menyebut upaya ekstra dalam penanaman mangrove menjadi bagian penting untuk mengatasi masalah lingkungan di pantai Utara Jabar.

Ia menyebut, jika hutan mangrove dibiarkan rusak hingga tidak ada, hal itu akan berdampak besar bagi lingkungan seperti terjadinya banjir rob karena mangrove tak bisa jadi berier lagi.

0 Komentar